JAKARTA. Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan Bursa Efek Indonesia (IHSG BEI) menempati posisi nomor dua di ASEAN setelah Filipina. Dalam data Bursa Efek Indonesia per 30 Maret 2015 tercatat bursa saham Filipina memiliki pertumbuhan tertinggi yakni 9,25%, diikuti IHSG BEI 4,05%, lalu bursa Malaysia 3,44 persen, Bursa Singapura 2,56%, dan Thailand 0,35%. "Sepanjang tahun ini, IHSG tumbuh 4,05% dan nilai kapitalisasi pasar modal bertumbuh sekitar 4,12%. Itu merupakan salah satu yang terbaik di pasar modal ASEAN," ujar Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Nurhaida, Senin (30/3).
"Semoga ini awal yang baik dan berlanjut sampai akhir tahun ini," tambah Nurhaida. Menurut Nurhaida, kinerja pasar modal Indonesia yang positif itu tidak lepas dari kinerja emiten dan kondisi ekonomi Indonesia secara keseluruhan yang cenderung positif. Dalam upaya menjaga kinerja pasar modal, Nurhaida mengemukakan bahwa pihaknya akan menjalankan tiga dasar utama dalam rangka pendalaman pasar atau "market "deepening", yakni "supply", "demand", dan infrastruktur pasar modal. Menurut Nurhaida, salah satu yang masuk ke dalam kerangka pendalaman pasar yakni meningkatkan jumlah produk di pasar, bisa berupa memperbanyak jumlah perusahaan yang melaksanakan penawaran umum perdana saham (IPO) atau juga jenis produk lainnya seperti surat utang atau obligasi, dan reksa dana. Ia memaparkan bahwa OJK sedang melakukan proses terhadap dua perusahaan yang akan melaksanakan IPO, selain itu OJK juga sudah menerbitkan pedoman produk Efek Beragun Aset berbentuk Surat Partisipasi (EBA SP) terkait pembiayaan sekunder perumahan. "EBA SP sudah ada peraturannya, PT Sarana Multigriya Finansial (SMF) sedang dalam tahap akhir untuk mengeluarkan produk itu," katanya. Nurhaida menambahkan bahwa untuk mendorong bertambahnya jumlah produk, OJK juga akan merancang aturan yang dapat memberikan fasilitas agar lebih memajukan atau mempermudah penerbitan produk lainnya. "Kemudahan itu dalam artian positif, tidak mengorbankan kepentingan investor," katanya. Dengan kemudahan yang ditawarkan diharapkan investor tertarik dalam berinvestasi di pasar modal sehingga jumlah investor domestik di pasar modal meningkat. "Tujuan akhir dari 'market deepening' ini adalah seimbangnya perbandingan investor di pasar modal antara investor asing dan investor domestik," katanya.
Menurut Nurhaida, seimbangnya komposisi investor domestik dan asing di pasar modal Indonesia dapat menjaga kestabilan industri di tengah sentimen yang cukup bervariasi seperti saat ini. "Sebagaimana kita ketahui investor asing masih mendominasi pasar modal Indonesia. Peran domestik yang masih kurang ini perlu ditingkatkan dengan cara terus memberikan kemudahan bagi investor agar dapat berinvestasi di pasar modal," katanya. Dalam data PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) per Februari 2015 tercatat jumlah aset investor lokal sebesar Rp1.341,43 triliun, sementara investor asing Rp2.002,86 triliun. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto