Kinerja indeks SRI Kehati lebih tinggi daripada IHSG secara historis



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Memiliki kinerja secara historis berada di atas kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan indeks spesifik lainnya, indeks SRI-KEHATI makin dilirik manajer investasi dalam meracik reksadana saham indeks.

Paling anyar, PT Ayers Asia Asset Management, Senin (16/7), meluncurkan reksadana saham indeksing bertajuk Ayers Equity Index SRI-KEHATI. Berdasarkan data Infovesta, dari 46 reksadana ETF dan indeks, terdapat lima produk reksadana saham yang mengacu pada indeks SRI-KEHATI. Menandingi jumlah reksadana saham indeks yang mengacu ke indeks Jakarta Islamic Index (JII) juga berjumlah lima produk.

Dari sisi kinerja, di antara kedua indeks spesifik tersebut, indeks SRI-KEHATI yang tercatat menghasilkan kinerja tertinggi. Menurut Bloomberg, kinerja indeks SRI-KEHATI sejak awal tahun hingga Senin (16/7) tercatat turun 12%. Di periode yang sama indeks JII juga turun 12%. Sementara IHSG tercatat hanya turun 7%.


Head of Investment Research Infovesta Utama, Wawan Hendrayana mengatakan di saat IHSG dalam tren bearish, maka indeks yang memiliki jumlah saham lebih sedikit akan lebih besar penurunannya. Jika dilihat secara historis lima tahun kebelakang, kinerja Indeks SRI-KEHATI mencatatkan pertumbuhan 47% lebih tinggi daripada indeks JII yang hanya tumbuh 12% dan IHSG tumbuh 23%.

Wawan mengatakan, kinerja indeks SRI-KEHATI lebih unggul secara historis karena memegang mayoritas bank besar. Tapi, di sepanjang tahun ini terjadi tren kenaikan suku bunga menghasilkan sentimen negatif pada saham perbankan maka kinerja indeks SRI-KEHATI menurun.

Namun, Wawan optimistis untuk jangka panjang kinerja IHSG dan indeks SRI-KEHATI akan kembali tumbuh seiring dengan fundamental saham-saham blue chip yang mengisi indeks tersebut. "Historisnya IHSG naik, indeks SRI-KEHATI naik di atas IHSG," kata Wawan, Senin (16/7).

Sementara, secara historis kinejra indeks JII masih lebih rendah dari indeks SRI-KEHATI karena menurut Wawan pemilihan saham terbatas dengan tidak memilih sektor perbankan dan emiten yang memiliki utang lebih besar daripada modal. Sementara, dalam tiga hingga empat tahun lalu penggerak pertumbuhan IHSG didukung oleh sektor perbankan.

Namun, Wawan melihat potensi kenaikan di indeks JII serta reksadana yang mengacu pada indeks tersebut masih ada. Terutama, didukung dari sektor komoditas, infrastruktur dan properti.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati