Kinerja indeks syariah lampaui IHSG



JAKARTA. Indeks saham syariah naik melampaui Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Sepanjang tahun ini Jakarta Islamic Index (JII) menanjak 22,80%, sedang Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) naik 24,21%. Di periode yang sama, IHSG naik 19,11%.

Analis Asosiasi Analis Efek Indonesia (AAEI) Reza Priyambada mengatakan, kenaikan ini antara lain karena banyak saham tambang yang masuk ke indeks syariah. "Belakangan ini saham pertambangan bullish, sehingga turut mempengaruhi," ujar Reza pada KONTAN, Selasa (8/11).

Saham anggota JII yang mencatat kenaikan tertinggi memang banyak berasal dari sektor tambang (lihat tabel). Saham PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA) menjadi salah satu contoh.


Saham ini masuk ke dalam daftar efek syariah pada Juni lalu, berbarengan dengan PT Surya Citra Media Tbk (SCMA). Kedua saham ini menggantikan saham PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA) dan PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG).

Ada 30 saham yang terdaftar sebagai efek JII. Nilai kapitalisasi indeks syariah ini Rp 2.191,72 triliun atau 37% dari kapitalisasi pasar IHSG.

Reza menambahkan, emiten JII ini termasuk saham dengan jumlah saham beredar yang besar. Sehingga kenaikannya bisa dibilang murni karena mekanisme pasar, bukan karena efek sedikitnya saham beredar.

Analis First Asia Capital David Sutyanto memiliki pandangan senada. Komposisi saham anggota indeks syariah sangat mempengaruhi return. "Sepanjang tahun ini, saham sektor perbankan cenderung terekan. Beda dengan saham sektor tambang yang justru berada dalam tren kenaikan," jelas David.

JII, lanjut David, mirip dengan IHSG. Indeks tersebut tidak terfokus pada sektor tertentu seperti pada indeks lainnya. Sehingga, ketika berbicara prospek, maka JII juga akan mengikuti prospek IHSG yang tidak hanya didominasi satu sektor tertentu saja, melainkan kondisi yang lebih makro bahkan skala global.

Dari sisi global, sentimen saat ini tertuju pada pemilu AS. Pasar sejauh ini masih menjagokan Hillary Clinton menjadi presiden baru AS. Pada saat bersamaan, IHSG menunjukan sinyal positif karena telah menyentuh level psikologis 5.400.

"Tapi bukan berarti jika Clinton menang IHSG langsung 6.000," tambah David.

Sebab, masih ada faktor domestik yang mempengaruhi. Setidaknya, David masih optimsitis IHSG mampu menyentuh level 5.600. Reza menambahkan, prospek indeks syariah ke depan terbilang cerah.

Meski saat ini pergerakannya lebih banyak didorong oleh sektor pertambangan, bukan berarti indeks syariah tergantung pada sektor ini. Jadi, ketika tren bullish saham pertambangan berakhir, masih ada sektor lain yang bisa menopang indeks. Misal sektor konstruksi.

"Setidaknya indeks syariah bisa menjadi alternatif dan memudahkan investor memilih saham secara lebih spesifik," jelas Reza.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie