KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Penjualan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) tahun 2025 berpotensi melemah seiring mengendurnya permintaan market retail dan kondisi oversupply di industri semen yang masih berlanjut. Kendati begitu, upaya efisiensi energi Semen Grobogan menjadi harapan bagi peningkatan laba perusahaan. INTP membukukan pendapatan sebesar Rp 18,5 triliun pada tahun fiskal 2024, meningkat 3,3% secara year on year (YoY). Sejalan dengan itu, laba yang diperoleh perseroan mencapai Rp 2 triliun, turut meningkat 2,9% secara YoY.
Tekanan Oversupply dan Melemahnya Permintaan
Nyatanya, industri semen domestik masih dibayangi sentimen negatif dari kondisi kelebihan stok alias oversupply yang telah terjadi sejak 2018. Berdasarkan Riset Panin Sekuritas 26 Maret 2025, penjualan semen nasional melambat 0,4% secara YoY. Penjualan semen nasional masih lebih banyak di Pulau Jawa, yakni sebesar 32,7 juta ton. Meski jadi yang paling besar, penjualan semen di Pulau Jawa nyatanya tercatat menurun 1,5% secara YoY. Baca Juga: Naik 2,93%, Indocement Tunggal Prakarsa (INTP) Kantongi Laba Rp 2 Triliun pada 2024 Tak jauh berbeda, penurunan penjualan semen juga terjadi di berbagai daerah lain di Indonesia. Di antaranya Sumatera sebesar 1,1% dan Sulawesi sebesar 13,1% secara YoY. Pun, Indonesia Timur secara keseluruhan mencatatkan pelemahan penjualan hingga 9,3% secara YoY. Dus, semen bag masih lesu dengan penurunan penjualan sebesar 2,7% secara YoY. Dengan cetakan ini, segmen ritel disinyalir juga ikut melemah. Belum lagi, potensi pelemahan di sektor properti. Sejumlah emiten besar seperti PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE), PT Summarecon Agung Tbk (SMRA), dan PT Ciputra Development Tbk (CTRA) terancam mengalami penurunan laba tahun ini. Direktur PT Rumah Para Pedagang Kiswoyo Adi Joe menilai pelemahan sektor properti ini akan mempengaruhi industri semen, termasuk INTP. “Kalau propertinya pulih, permintaan semen akan naik tinggi. Sektor properti belum bisa bangkit karena ekonomi kita masih stagnan,” jelas Kiswoyo kepada Kontan.co.id, Senin (7/4). Dengan situasi ekonomi saat ini, Kiswoyo memprediksi sektor properti juga masih akan sideways. Katanya, penjualan sektor properti saat ini masih terpusat pada kelas atas. Nah, ia menilai pembangunan apartemen untuk sektor menengah dapat menggenjot pertumbuhan penjualan semen. Tahun ini, Kiswoyo menyebut emiten semen akan lebih fokus bertahan. Selain bergantung pada sektor properti yang lesu, emiten semen dapat mencoba lebih banyak masuk ke pasar infrastruktur. Meski menurut Kiswoyo sektor ini menyumbang lebih kecil ke penjualan semen, emiten dapat memanfaatkannya untuk mempertahankan pendapatan tetap positif. Untuk diketahui, penjualan semen bulk (curah) yang biasa diambil sektor infrastruktur secara nasional mengalami pertumbuhan karena meningkatnya aktivitas konstruksi pada 2024 di tengah percepatan penyelesaian Proyek Strategi Nasional (PSN). Namun, permintaannya diprediksi akan melemah tahun ini. Di luar sentimen negatif yang membayangi, Kiswoyo menilai emiten semen masih bisa mempertahankan pendapatan dan laba di kisaran 5% secara YoY di tengah penjualan semen retail yang masih berjalan untuk pembangunan dan perbaikan rumah.INTP Chart by TradingView