Agribisnis Indofood melejit berkat harga sawit



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) dalam sembilan bulan pertama tahun ini cenderung stagnan. Walau pendapatan perusahaan ini tumbuh 6,5% menjadi Rp 53,12 triliun, laba bersih INDF hanya terkerek 1,2% dari Rp 3,24 triliun menjadi Rp 3,28 triliun.

Lini bisnis produk konsumer masih jadi kontributor utama bagi pendapatan INDF. Tapi, pertumbuhan pendapatan tertinggi justru dicetak oleh bisnis agribisnis. Pendapatan segmen bisnis ini naik 18,44% jadi Rp 12,14 triliun.

Analis Indopremier Sekuritas Kevin Rusli mengatakan, pertumbuhan lini usaha agribisnis ini terjadi karena pertumbuhan volume dan average selling price (ASP) yang lebih tinggi pada penjualan minyak sawit mentah atawa crude palm oil (CPO). INDF saat ini punya anak usaha di bidang perkebunan, yakni PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP) dan PT London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP).


Volume penjualan CPO SIMP, misalnya, naik 11,41% dari 587.000 ton jadi 654.000 ton September lalu. "Penyebab utama kenaikan ini adalah pemulihan produksi setelah Badai El Nino," papar Kevin dalam risetnya, Kamis (2/11).

Segmen agribisnis masih berpotensi mencetak pertumbuhan pendapatan tinggi. Sebab, volume penjualan CPO akan terus tumbuh hingga akhir tahun ini. Apalagi, secara historis, puncak penjualan CPO biasanya terjadi di tiga bulan terakhir tiap tahun.

Melesatnya segmen agribisnis bisa menutupi pelemahan di segmen produk konsumer. Asal tahu saja, dibandingkan setahun lalu, bisnis konsumer hanya mencatatkan kenaikan laba operasi sekitar 4,3%.

Analis NH Korindo Sekuritas Joni Wintarja juga optimistis kenaikan penjualan segmen agribisnis akan menopang pendapatan INDF di akhir tahun. Kondisi cuaca yang kondusif menjadi sentimen positif bagi emiten ini.

Hanya saja, dia melihat kontribusi segmen agribisnis belum akan mengungguli kontribusi dari lini usaha konsumer. "Semua lini bisnis INDF sudah mature, jadi pertumbuhan sulit menembus double digit," terang Joni, kemarin.

Dalam kalkulasi Joni, di pengujung tahun ini INDF bisa membukukan penjualan sebesar Rp 70,64 triliun atau tumbuh 5,8%. Kemudian, laba bersih diperkirakan naik sekitar 4,2% dari Rp 4,15 triliun di akhir tahun lalu menjadi sebesar Rp 4,46 triliun.

Konsumsi dalam negeri

Analis Binaartha Parama Sekuritas Reza Priyambada menilai, kinerja INDF tahun ini tak terlalu istimewa. Lantaran bisnis konsumer dan Bogasari cenderung melambat. "Hanya saja bisnis CPO masih tumbuh, dan ini bisa mencegah kejatuhan margin," ungkap dia.

Reza mengingatkan INDF perlu mewaspadai kondisi makroekonomi Indonesia yang belum kembali pulih. Konsumsi masyarakat yang rendah akan berpengaruh pada pertumbuhan lini usaha produk konsumer.

Segmen agribisnis juga memiliki risiko. Reza memperkirakan pergerakan harga CPO global masih akan fluktuatif. Hal ini bisa mempengaruhi kinerja lini usaha agribisnis.

Walaupun begitu, Reza merekomendasikan buy dengan target harga Rp 9.200 per saham. Serupa, Kevin merekomendasikan beli INDF dengan target harga Rp 9,700 per saham. Joni juga merekomendasikan beli dengan target harga Rp 10.250 per saham. Kemarin, harga INDF ditutup di level Rp 8.075 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati