KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja emiten farmasi pada 2023 berpotensi melambat. Salah satu penekannya adalah pelemahan nilai tukar rupiah. CEO Edvisor.id Praska Putranyo mengatakan bahwa pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) berdampak pada emiten-emiten farmasi yang banyak tereksposur pada valas di bahan bakunya. "Di samping kenaikan harga bahan baku, pelemahan kurs juga berdampak pada laba bersih yang berpotensi semakin tertekan karena efek selisih kurs di laporan keuangan," ujarnya kepada Kontan.co.id, Sabtu (14/10).
Karenanya, jika tren pelemahan kurs terus berlanjut, maka akan menjadi tantangan bagi emiten-emiten farmasi. Selain itu, ia mencermati prospek emiten farmasi hingga akhir tahun ini dalam tren perlambatan pertumbuhan kinerja dibandingkan tahun lalu seiring berakhirnya pandemi.
Baca Juga: Pertumbuhan Daya Beli Masyarakat Topang Kinerja Emiten Farmasi "Bahkan, sejumlah emiten ada yang mengalami penurunan penjualan," katanya. Adapun sejumlah emiten yang mencatatkan penurunan pendapatan dari PT Darya-Varia Laboratoria Tbk (
DVLA) yang mencetak penurunan pendapatan di semester I 2023 sebesar 9,32% YoY menjadi Rp 982,43 miliar. Lalu, PT Phapros Tbk (
PEHA) yang turun 1,82% YoY menjadi Rp 554,91 miliar, dan PT Indofarma Tbk (
INAF) yang turun 36,59% menjadi Rp 363,95 miliar. Meski demikian, Praska melihat sejumlah emiten farmasi yang masih dapat diperhatikan adalah PT Kalbe Farma Tbk (
KLBF) dan PT Tempo Scan Pacific Tbk (
TSPC).
Baca Juga: Emiten E-Commerce Berupaya Perbaiki Kinerja, Cek Rekomendasi Analis Ia mencermati, secara teknikal harga KLBF sudah mendekati level
support di Rp 1.730 sehingga terdapat potensi
rebound dengan rekomendasi
trading jangka pendek ke level Rp 1.900. Lalu untuk TSPC karena valuasi
Price to Earnings (PER) yang relatif murah terhadap peers dan di bawah 10 kali. "Investor bisa
buy on weakness di kisaran Rp 1.710 - Rp 1.770 dengan target harga di Rp 1.900," imbuhnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Noverius Laoli