Kinerja Industri Kaca Lembaran Melambat



JAKARTA. Kinerja industri kaca lembaran sepanjang paruh pertama tahun ini tak secerah tahun lalu. Kondisi ekonomi global yang belum pulih dan kenaikan beban produksi menjadi pemicu pelambatan pertumbuhan sektor ini.

Kepala Unit Kaca Pengaman Asosiasi Kaca Lembaran dan Pengaman (AKLP) Yustinus Gunawan bilang, sepanjang semester I-2013 lalu, industri kaca lembaran dan pengaman hanya mampu tumbuh sekitar 5%. Padahal, pada periode yang sama tahun lalu, pertumbuhan industri kaca lembaran lebih dari 7%.

Yustinus bilang, pelambatan pertumbuhan industri kaca lembaran dipicu oleh kenaikan biaya produksi seperti kenaikan harga gas dan upah buruh. Meski produsen kaca lembaran telah menaikkan harga jual produknya, namun hal ini belum mampu menutup kenaikan beban produksi. Pasalnya, "Kenaikan harga jual produk hanya sekitar 5% hingga 10%," katanya, Senin (9/9).


Di sisi lain, permintaan kaca lembaran dan kaca pengaman tahun ini tampaknya tak sekencang tahun lalu. Yustinus mencontohkan, permintaan kaca lembaran dari sektor properti, misalnya, jauh lebih rendah ketimbang tahun lalu. Menurutnya, kondisi ekonomi yang melambat membuat permintaan di sektor properti juga turun. Imbasnya, permintaan kaca lembaran dari sektor ini juga melesu.

Celakanya, penurunan permintaan ini tak hanya terjadi di pasar domestik tapi juga di pasar ekspor. Sebab, di beberapa negara, industri kaca lembaran lokal juga harus bersaing dengan produk kaca lembaran impor asal China yang berharga murah.

Akibat kelesuan ekonomi global, komposisi ekspor kaca lembaran merosot menjadi hanya 35% dari total penjualan kaca lembaran nasional. Semula, porsi ekspor kaca lembaran mencapai 45% dari total penjualan kaca lembaran.

Penurunan ekspor juga dialami produsen kaca lembaran PT Asahimas Flat Glass Tbk. Pada semester I-2013, Asahimas hanya mencatatkan ekspor Rp 385,5 miliar, turun 13,7% ketimbang periode yang sama tahun lalu. Meski begitu, penjualan domestik Asahimas pada semester I-2103 lalu justru naik 13% menjadi sebesar Rp 1,06 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi