Kinerja INTA akan memakai dollar AS



JAKARTA. PT Intraco Penta Tbk (INTA) sedang mencari cara keluar dari kerugian akibat selisih mata uang. Emiten alat berat ini berencana mengubah basis mata uang yang digunakan dalam pembukuan laporan keuangan.

Fred L. Manibog, Direktur Keuangan INTA bilang, manajemen memang telah mengkaji basis kurs menjadi dollar Amerika Serikat (AS) dalam laporan keuangan INTA. Ini sebagai ikhtiar menghilangkan pos kerugian selisih kurs ketika kurs rupiah terdepresiasi.

Dengan cara itu, Fred berharap, keuntungan INTA lebih besar. Laba bersih INTA setidaknya tidak akan tertekan cukup dalam, jika pos kerugian akibat selisih kurs berkurang. Selama ini, INTA memang harus menelan rugi kurs karena memiliki utang dalam dollar AS.


Berdasarkan laporan keuangan INTA per 30 September 2012, pendapatan usaha INTA sebenarnya sama tak banyak berubah dari 2011 yaitu Rp 2,07 triliun. Beban pokok pendapatan INTA di kuartal III 2012 pun menurun 5,8% menjadi Rp 1,65 triliun year on year (yoy). Akibatnya, laba kotor INTA masih naik 32,78% yoy menjadi Rp 420,9 miliar.

Namun, karena kerugian kurs INTA yang melesat 613,18% yoy menjadi Rp 70,69 miliar membuat laba bersih INTA tenggelam. INTA hanya meraup laba bersih Rp 42,35 miliar, terjun 45,77%.

Manajemen INTA mengklaim, menurunnya laba bersih itu tidak mencerminkan melorotnya kinerja operasional perusahaan. "Ini hanya kerugian akibat pencatatan saja akibat selisih kurs, sama sekali tidak tercermin dalam arus kas kami," ungkap Fred.

Begitu besarnya dampak kerugian selisih kurs inilah yang kemudian menjadi dasar INTA mengubah basis mata uang dalam laporan keuangan. Kendati demikian, Fred belum berani memberikan kepastian perihal kapan rencana itu dieksekusi. "Kami harus kaji secara hati-hati mengingat ini isu yang cukup besar," kilah Fred.

INTA bukan satu-satunya emiten yang berencana mengubah basis mata uang laporan keuangannya. Beberapa waktu lalu, PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID) juga sempat dikabarkan bakal mengubah mata uang laporan keuangan dari rupiah menjadi dollar AS. Penyebabnya pun sama yaitu DOID tersengat rugi selisih kurs yang cukup dalam.

Sampai kuartal III 2012, rugi selisih kurs mencapai Rp 429,47 miliar. Imbasnya, rugi bersih DOID hingga akhir kuartal III 2012 melesat 2.806% yoy menjadi Rp 352,84 miliar. Kermarin, saham INTA tidak bergerak dari Rp 495. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Avanty Nurdiana