KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja keuangan PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (
JPFA) sepanjang kuartal I-2018 cukup menggembirakan. Pendapatan emiten
poultry ini naik sekitar 18,7% menjadi Rp 7,86 triliun pada periode tersebut. Selain itu, laba bersih perseroan ini bahkan meroket hingga 490,6% menjadi Rp 433,40 miliar. Analis Ciptadana Sekuritas Asia Fahressi Fahalmesta mengatakan, kinerja apik JPFA pada tiga bulan pertama tahun ini didukung oleh terkendalinya harga jagung domestik, yang menjadi bahan baku pakan ternak JPFA. Padahal, sempat ada perkiraan harga jagung domestik akan naik dan sulit terkendali akibat larangan impor pemerintah. Selain itu, harga bibit ayam alias
day old chicken (DOC) kembali melesat. Hal ini turut menjadi katalis positif bagi kinerja emiten ini.
Fahressi memprediksi, kinerja JPFA masih berpeluang membaik sepanjang sisa tahun ini. Kinerja emiten ini berpotensi tumbuh ditopang konsumsi masyarakat saat Ramadan dan Lebaran. Momen hari raya ini menguntungkan emiten di sektor peternakan, seperti JPFA. Pasalnya, pada saat itu, konsumsi masyarakat terhadap daging ayam dan sapi akan mengalami peningkatan. Biasanya, peningkatan sudah terlihat bahkan sebelum Ramadan berlangsung. Analis Mirae Asset Sekuritas Mimi Halimin menambahkan, keberadaan Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) No 58/2018 juga memberikan peluang bagi JPFA untuk mendongkrak kinerja selama periode Ramadan dan lebaran. Dalam peraturan tersebut, pemerintah menetapkan harga telur dan daging ayam broiler. Harga daging dan telur ditetapkan di kisaran Rp 17.000 per kilogram (kg) untuk batas bawah dan Rp 19.000 per kg untuk batas atas. "Meskipun lebih rendah dibandingkan harga di bulan April, kami menilai peraturan tersebut akan membuat harga ayam broiler dan telur lebih stabil di masa depan," ungkap Mimi dalam riset 22 Mei. Mimi optimistis kinerja JPFA akan terus positif hingga akhir tahun nanti. Ia memprediksi pendapatan emiten yang tercatat di bursa sejak 1989 tersebut akan naik 11,6% menjadi Rp 33,03 triliun di akhir tahun nanti. Sedangkan laba bersih diprediksi naik 78,7% menjadi Rp 1,77 triliun. Risiko bisnis Tapi JPFA juga masih dibayangi risiko bisnis yang dapat mempengaruhi kinerjanya di tahun ini. Salah satunya tren kenaikan harga bungkil kedelai. Bungkil kedelai sendiri merupakan bahan baku untuk pakan ternak milik perusahaan selain jagung.
Senior Analyst Research Division Anugerah Sekuritas Indonesia Bertoni Rio menilai, biaya beban bahan baku yang ditanggung JPFA nilainya cukup besar, yakni sekitar 87% dari total beban pokok perusahaan. Di kuartal satu lalu, biaya bahan baku bahkan mencapai 88,87% dari total beban pokok penjualan. Alhasil, jika terjadi kenaikan bahan baku bungkil kedelai, ada potensi beban pokok penjualan JPFA juga membengkak. Namun Fahressi punya opini berbeda. Ia berpendapat, dampak kenaikan harga bungkil kedelai tidak terlalu signifikan. Pasalnya, porsi bungkil kedelai sebagai bahan baku tidak sebesar jagung. Justru ia memandang, larangan impor jagung yang diberlakukan cukup menguntungkan JPFA. Hal ini berkaca pada fakta bahwa dalam beberapa bulan terakhir nilai tukar rupiah bergerak cukup volatil. "Beban kurs asing JPFA berkurang karena emiten ini beralih ke jagung lokal," jelas Fahressi, Senin (4/6).
Terlepas dari potensi risiko bisnis yang ada, Bertoni optimistis prospek JPFA secara jangka panjang masih cukup baik. Terlebih lagi, emiten tersebut telah mengalokasikan belanja modal sekitar Rp 2,5 triliun pada tahun ini. Dana sebesar itu rencananya akan digunakan untuk memodernisasi kandang di lini bisnis pembibitan ayam hingga ekspansi pabrik pakan di Medan, Sumatra Utara. "Perbaikan kandang dan pembangunan pabrik pakan dapat memenuhi kebutuhan bahan baku JPFA sehingga tidak terlalu bergantung pada pemasok," terang Fahressi. Bertoni memberi rekomendasi beli saham JPFA dengan target harga Rp 1.800 per saham. Fahressi juga merekomendasikan beli saham JPFA dengan target harga Rp 1.910 per saham. Adapun Mimi memberi rekomendasi
trading buy dengan target harga Rp 1.820 per saham. Pada perdagangan kemarin, harga JPFA ditutup di level Rp 1.605 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Dupla Kartini