Kinerja Jasa Armada Indonesia terdongkrak penetrasi pasar di segmen non-Pelindo



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Jasa Armada Indonesia Tbk (IPCM) mampu menumbuhkan kinerja keuangan pada periode paruh pertama 2021. Anak usaha PT Pelabuhan Indonesia II (IPC) di bisnis logistik dan service ini bakal terus melancarkan penetrasi pasar sembari ekspansi armada.

Direktur Utama Jasa Armada Indonesia Amri Yusuf mengungkapkan, sejak akhir tahun 2020 lalu, IPCM gencar melakukan pengembangan pasar. Strategi itu dilanjutkan hingga sekarang untuk melakukan penetrasi di pasar eksisting, sembari aktif menggarap potensi pasar yang ada di sekitar pelabuhan umum. Selain itu, IPCM juga melakukan ekspansi pada pasar-pasar baru. terutama di Terminal Khusus (Tersus) dan Terminal Untuk Kepentingan Sendiri (TUKS).

Dengan strategi ini, IPCM ditargetkan bisa menumbuhkan pendapatan yang dikontribusikan oleh segmen non-IPC. Sehingga, IPCM tak terlalu bergantung pada pasar eksisting dari wilayah operasi IPC. "Kami berharap kontribusi revenue dari non-IPC bisa tumbuh lebih baik dibandingkan tahun lalu. Jadi kami tidak hanya mengandalkan market eksisting dari IPC, tapi juga kami ingin mendapatkan market-market baru di luar IPC," ujar Amri dalam paparan publik yang digelar Jum'at (17/9).


Managing Director of Finance & HR Jasa Armada Indonesia Rizki Pribadi Hasan membeberkan, pada semester pertama 2021 IPCM mampu menumbuhkan pendapatan usaha sebesar 16% menjadi Rp 393 miliar. Raihan itu membuat IPCM berhasil meraih laba bersih Rp 60 miliar atau naik 12% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Capaian positif itu juga menumbuhkan EBITDA IPCM sebanyak 22% menjadi Rp 113 miliar.

Baca Juga: Layanan bongkar muat Indonesia Kendaraan Terminal (IPCC) naik pada Juni 2021

Rizki bilang, pendapatan dari segmen IPC dan non-IPC mengalami pertumbuhan. Pendapatan dari segmen IPC menyumbang Rp 304 miliar atau tumbuh 4% dibandingkan Semester I-2020. Pendapatan dari segmen non-IPC melesat lebih cepat dengan pertumbuhan 93% dari Rp 46 miliar menjadi Rp 89 miliar.

Dengan begitu, telah terjadi pergeseran komposisi pendapatan dari segmen IPC dan Non-IPC. Pada semester I-2020, perbandingan kontribusi dari segmen IPC dan non-IPC adalah 86% : 14%. Namun saat ini, kontribusi dari non-IPC melonjak menjadi 23%, sedangkan dari segmen IPC menyumbang 77% terhadap pendapatan IPCM.

Adapun berdasarkan jenis layanan, pendapatan IPCM masih didominasi oleh lini penundaan dengan porsi 88%. Sisanya disumbangkan dari jasa pengelolaan kapal (7%) dan pemanduan (5%).

Managing Director of Commercial & Busimess Development IPCM Shanti Puruhita menambahkan, saat ini IPCM melayani 12 operating offices dan 8 commercial project. Sebanyak 12 operating office tersebut terdiri dari Pelabuhan Jambi, Pelabuhan Palembang, Teluk Bayur, Bengkulu, Pangkal Balam, Tanjung Pandan, Pelabuhan Panjang, Pelabuhan Pontianak, Pelabuhan Banten, Pelabuhan Tanjung Priok, Pelabuhan Patimban dan Pelabuhan Cirebon.

Sedangkan 8 commercial project yang dilayani IPCM terdiri dari TUKS Sungai Batanghari, STS Ambang Luar Sungai Musi, Terminal Kijing, TUKS di wilayah Banten, TUKS Cemindo Gemilang Bayah, Tersus FSRU Jawa Barat, TUKS Kanci, dan Tersus Jawa Satu.

"Usaha-usaha kami terus mengembangkan bisnis secara agresif, dan tidak menyerah dalam badai pandemi covid-19. Kami harapkan juga dapat memberikan dampak berupa pendapatan dan kontribusi yang bagus dari ssi keuangan," kata Shanti.

Managing Director of Fleet Management & Operation IPCM Muhammad Iqbal mengatakan, guna menunjang pengembangan usaha yang terus digencarkan, IPCM pun melakukan ekspansi armada. Hingga saat ini, IPCM telah menambah 4 unit armada baru berupa kapal tunda.

Dengan begitu saat ini IPCM mengoprasikan 89 armada yang terdiri dari 55 unit armada kapal tunda, 29 unit kapal motor pandu dan 5 unit mooring boat. Tak berhenti di situ, di sisa tahun ini IPCM sedang membangun 4 armada baru yang terdiri dari 3 unit kapal pandu dan 1 unit kapal tunda.

Untuk menunjang ekspansi tersebut, pada tahun ini IPCM menganggarkan belanja modal (capex) senilai Rp 95 miliar. Menurut Rizki Pribadi, saat ini pihaknya sedang menyusun capex untuk tahun depan. Dalam estimasi awal, capex IPCM untuk 2022 ditaksir sebesar Rp 140 miliar.

"Itu untuk penambahan 2 kapal tunda dan kami akan melakukan investasi di digitalisasi dan teknologi," sebut Rizki.

Holding Pelabuhan BUMN 

IPCM pun bersiap menyongsong terbentuknya holding Pelabuhan BUMN, yang akan menggabungkan (merger) empat BUMN pelabuhan yakni PT Pelindo I - IV. Pembentukan secara resmi ditargetkan pada 1 Oktober 2021. 

Dalam holding pelabuhan BUMN tersebut, IPCM dikabarkan akan menempati klaster marine, equipment & port services. Sayangnya, Direktur Utama IPCM Amri Yusuf enggan memberikan konfirmasi dan penjelasan mengenai posisi IPCM dalam holding pelabuhan BUMN, maupun dampak dan potensi yang bisa timbul bagi kinerja IPCM atas konsolidasi Pelindo.

"Saya tidak ingin memberikan penjelasan detail karena ini aksi korporasinya Pelindo, bukan Jasa Armada Indonesia. Kami tidak dalam kapasitas untuk memberikan penjelasan. Kita tunggu akhir dari proses merger sampai dengan 1 Oktober 2021," kata Amri.

Kendati begitu, Shanti menekankan bahwa IPCM menyambut baik rencana penggabungan Pelindo tersebut. Nantinya ada standarisasi pelayanan operasional dalam Service Level Agreement (SLA). Dengan adanya konsolidasi dari sisi aset, SDM, hingga sistem, maka peluang untuk menumbuhkan kinerja usaha lebih terbuka lebar.

"Tentunya, semua ini akan memberikan manfaat bagi para stakeholders kami, yaitu pengguna jasa pelabuhan. Karena tujuan akhirnya adalah memberikan pelayanan yang optimal, menjadikan pelabuhan di Indonesia menjadi berstandar internasional," imbuh Shanti.

Selanjutnya: Jasa Armada Indonesia (IPCM) teken kerjasama pelayanan kapal dengan GTS Internasional

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat