JAKARTA. Sepanjang tahun 2016, kinerja PT Jaya Agra Wattie Tbk menurun. Pendapatan emiten dengan kode saham JAWA ini tahun 2016 sebesar Rp 590 miliar, turun 10% dibandingkan 2015, yakni Rp 658 miliar. Direktur Keuangan JAWA, Bambang S Ibrahim menjelaskan lemahnya kinerja tahun 2016 disebabkan tiga faktor. Pertama, adanya penurunan produksi dua komoditas utama, yaitu sawit dan karet. "Produksi turun karena dampak El Nino tahun 2015, terasa sampai tahun lalu," tuturnya, Jumat (21/4) lalu. Jumlah produksi karet 2016 menurun sebanyak 27%, dari 17.237 ton di tahun 2015, menjadi 12.531 ton. Sedangkan produksi Tandan Buah Segar (TBS) menurun sekitar 14%, dari 219. 693 ton di tahun 2015 menjadi 188.758 ton.
"Karena TBS kami turun, otomatis produk turunan, seperti CPO dan kernel juga turun," kata Bambang. Produksi Crude Palm Oil (CPO) tahun 2016 turun 16% dari 46.214 metrik ton (MT) di tahun 2015 menjadi 38.982 MT. Dan produksi kernel turun 39% dari 9.043 ton menjadi 5.539 ton. Karena produksi kedua komoditas andalan menurun, praktis penjualannya ikut menurun. Volume penjualan karet di tahun 2016 menurun sekitar 22%, dari 16.598 ton di tahun 2015 menjadi 12.977 ton. Dan volume penjualan CPO menurun 6% dari 43.819,440 MT pada tahun 2015 menjadi 41.191,40 MT. Faktor kedua, yakni anjloknya harga karet dunia sepanjang tahun 2016. Bambang menyebutkan harga karet tahun lalu hanya dikisaran US$ 1,1 per kilogram (kg). "Sekarang sudah mending. Untuk karet grade biasa harganya sekitar US$ 1,6 per kilo. Yang grade bagus bisa sampai US$ 2,1 per kilo," ujarnya. Faktor ketiga adalah kewajiban pembayaran bunga bank dari hutang di tahun 2015 serta perubahan Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) perusahaan. "Bunga bank yang kami bayarkan lebih besar dari total pokok pinjaman," kata Bambang. Berdasarkan laporan keuangan JAWA, total bunga bank yang wajib dibayarkan senilai Rp 178,39 miliar. Tanpa ekspansi Melihat penurunan kinerja sepanjang tahun 2016, Bambang menyatakan pihaknya belum berniat melakukan ekspansi apapun di tahun 2017. "Belum ada rencana. Kami lebih fokus untuk memperkuat konsolidasi untuk meningkatkan produktivitas," terangnya dalam Public Expose, Jumat (21/4). JAWA menyiapkan modal belanja (capex) sebesar Rp 51 miliar pada tahun 2017. Sebanyak Rp 38 miliar akan digunakan untuk memaksimalkan perawatan tanaman yang belum menghasilkan. Dan Rp 13 miliar sisanya digunakan untuk operasional aset perusahaan.
"Kami berencana memperbaiki sistem irigasi. Karena sebagian besar tanaman sawit kami ada di daerah rendahan," jelas Bambang. Selain itu, jajaran Direksi juga melakukan efisiensi lewat susunan jabatan yang dipadatkan. Bambang menjelaskan, J.A Wattie akan melakukan ekspansi jika mendapat pinjaman dari pihak ketiga. "Butuh dana kira-kira Rp 200 miliar untuk ekspansi perkebunan. Kami akan lakukan jika ada suntikan dana tambahan," ungkapnya. J.A Wattie menargetkan produksi karet sekitar 15.934 ton dan produksi TBS sebanyak 179.089 ton. "Prediksi kami, cuaca sudah mulai membaik dan harga karet dan CPO juga makin menjanjikan. Semoga tahun ini, kami bisa mendongkrak kinerja," pungkas Bambang. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Adi Wikanto