KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja mayoritas emiten di bisnis restoran telah menunjukkan perbaikan sepanjang semester pertama 2022. Sejumlah emiten mampu membalikkan kerugian menjadi laba, sejalan dengan pertumbuhan dari sisi pendapatan. Tengok saja PT Fast Food Indonesia Tbk (
FAST) yang pendapatannya naik 18,18% secara tahunan atau
year on year (yoy) menjadi Rp 2,86 triliun. Pemegang lisensi KFC ini membalikkan kerugian Rp 76,91 miliar pada Semester I-2021 menjadi laba periode berjalan Rp 32,66 miliar per Juni 2022. Emiten pengelola gerai CFC, PT Pioneerindo Gourmet International Tbk (
PTSP) tak ketinggalan. Pendapatan PTSP melesat 37,62% secara yoy menjadi Rp 284,31 miliar. PTSP juga mampu membalik kerugian Rp 9,84 miliar menjadi laba Rp 4,1 miliar pada Semester I-2022.
PT MAP Boga Adiperkasa Tbk (
MAPB) punya nasib serupa, dengan kenaikan pendapatan 32,47% secara tahunan menjadi Rp 1,55 triliun. MAPB meraih laba periode berjalan sebesar Rp 76,31 miliar, berbalik dari kerugian Rp 20,06 miliar pada Semester I-2021.
Baca Juga: Sentul City (BKSL) Bidik Dana Rp 5,03 Triliun dari Rights Issue, Ini Peruntukkannya Emiten pendatang baru PT Champ Resto Indonesia Tbk (
ENAK) juga punya kinerja apik. Penjualan pemilik kedai Raa Cha, Gokana dan Monsiuer Spoon ini melonjak 56,15% menjadi Rp 625,01 miliar pada Semester I-2022. Dari sisi
bottom line, kinerja ENAK juga berbalik positif. Dari semula rugi 4,55 miliar pada Semester I-2021 menjadi laba Rp 42,92 miliar hingga paruh pertama tahun ini. Namun, lezatnya kinerja emiten restoran belum mampu menjadi bumbu yang membuat sahamnya menarik. Rata-rata pergerakan saham masih cenderung
sideways, atau naik secara terbatas. Hingga 14:50 WIB Jum'at (26/8) ini, hanya saham ENAK yang bergerak cukup aktif dengan kenaikan 6,51% ke harga Rp 1.800. Setelah sebelumnya memerah tiga hari beruntun di pekan ini.
Baca Juga: Laba Bukit Asam (PTBA) Melonjak 246% di Semester I 2022 Equity Analyst Kanaka Hita Solvera William Wibowo melihat lonjakan kinerja emiten restoran sejalan dengan berlanjutnya pemulihan ekonomi dan pulihnya mobilitas masyarakat. Jika terjaga, katalis positif ini akan mendorong performa bisnis hingga tutup tahun nanti. Tapi, pelaku pasar juga mencermati situasi makro ekonomi belakangan ini. Daya beli masyarakat yang rentan tergerus lonjakan inflasi menjadi pertimbangan dalam mengoleksi saham
consumer seperti bisnis restoran. "Saya pikir kenaikan inflasi yang tinggi menjadi faktor terbatasnya pergerakan harga saham-saham tersebut," kata William kepada Kontan.co.id, Jum'at (26/8). Analis Phillip Sekuritas Indonesia, Helen, punya pandangan serupa. Kembali ramainya aktivitas publik seperti di pusat perbelanjaan atau mal menjadi peluang bagi emiten restoran memacu kinerjanya. Namun, emiten yang bergelut di bisnis
food and beverage (F&B) ini perlu mewaspadai lonjakan harga yang bisa menambah beban operasional. "Ada tekanan dari segi kenaikan harga bahan baku," ujar Helen.
Baca Juga: Cek Rekomendasi Saham BUMI, ACES, DOID, FREN, dan WIKA untuk Perdagangan Jumat (26/8) Menimbang situasi sekarang ini, Analis Phintraco Sekuritas Valdy Kurniawan menyarankan pelaku pasar untuk
wait and see terlebih dulu. Strategi ini bisa diterapkan sembari mencermati efek kenaikan inflasi dan lonjakan harga terhadap daya beli. Emiten dengan beragam merek waralaba seperti MAPB bisa dicermati pada area
support Rp 1.425 dan
resistance di Rp 1.595. Sedangkan untuk FAST bisa diperhatikan pada
support Rp 925 dan
resistance di Rp 980. Analis Teknikal MNC Sekuritas Herditya Wicaksana memandang pergerakan indeks
consumer cyclicals masih terbilang
sideways. Apalagi rata-rata volume dari emiten restoran yang relatif kecil.
Rekomendasi Herditya, saham ENAK bisa dicermati dengan area support Rp 1.650 dan resistance pada Rp 1.845. Sedangkan
support-resistance FAST berada di Rp 920 dan Rp 955. William memberi rekomendasi buy saham ENAK dengan
support di Rp 1.490 dan
resistance Rp 1.970. Selain itu, saham pengelola gerai Pizza Hut, PT Sarimelati Kencana Tbk (
PZZA) juga bisa dikoleksi dengan
support Rp 505 dan
resistance pada Rp 600. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Noverius Laoli