Kinerja keuangan PZZA tumbuh apik hingga kuartal III, ini faktor pendorongnya



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kondisi makro yang kondusif, pertumbuhan gerai, dan penurunan beban membuat kinerja keuangan PT Sarimelati Kencana Tbk tumbuh positif hingga kuartal III lalu. Adapun pertumbuhan penjualan dan laba bersih masing-masing 14% dan 47% YoY (Year on Year).

Frederick Estrada Cadlaon, Direktur Sarimelati Kencana menyebutkan pendapatan sepanjang 9 bulan kemarin sebesar Rp 2,94 triliun. Secara wilayah, Jakarta menjadi kontributor terbesar yakni 41,81% terhadap total penjualan.

Baca Juga: Mayoritas konsumen muslim, seluruh pabrik Unilever Indonesia (UNVR) halal


Diikuti Jawa dan Bali sebesar 30,39%, Sumatera 13,65%, Sulawesi 6,59%, dan Kalimantan sebesar 5,80%. Sedangkan, untuk wilayah Indonesia Timur berkontribusi 1,76%.

Menurutnya, pertumbuhan tersebut akibat dari bertambahnya jumlah outlet sepanjang tahun berjalan. Adapun hingga saat ini pihaknya telah mengoperasikan 501 gerai Pizza Hut atau bertambah 50 gerai dibandingkan akhir tahun lalu. Selanjutnya, kondisi makro yang cukup stabil dan kondusif turut mengerek kinerja mereka.

Sedangkan, dari sisi laba bersih emiten dengan kode saham PZZA ini berhasil membukukan Rp 149,24 miliar. "Kenaikan laba bersih ditopang dari penurunan beban-beban," jelasnya saat paparan publik di Jakarta, Kamis (14/11).

Lanjutnya, beban bunga dan keuangan turun 72,46% dari Rp 28,47 miliar per kuartal III 2018 menjadi Rp 7,84 miliar pada kuartal III tahun ini.

Baca Juga: Penuhi aturan PSAK 71, BTN hanya cetak laba Rp 801 miliar di kuartal III 2019

Selain itu, pihaknya juga mengupayakan melalui efisiensi sehingga pertumbuhan beban operasional berhasil ditekan di level 13,3% atau berada di bawah pertumbuhan pendapatan. Selain itu, peningkatan laba bersih akibat total utang berbiaya bunga turun signifikan menjadi Rp 75 miliar dari periode yang sama tahun lalu Rp 230 miliar.

Akibatnya, penurunan jumlah total utang ini berdampak terhadap penurunan biaya bunga sebesar Rp 21 miliar atau 72,5% lebih rendah dibandingkan kuartal III 2018. "Sehingga perusahaan tidak mempunyai pembiayaan dalam denominasi USD karena itu perusahaan memiliki eksposur yang sangat terbatas terhadap risiko mata uang," tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi