KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Central Asia Tbk (
BBCA) memperoleh laba bersih sebesar Rp 7,04 triliun pada kuartal pertama 2021. Nilai itu tumbuh 7%
year on year (yoy) dibandingkan laba pada Maret 2020 sebesar Rp 6,6 triliun. Pendapatan bunga bersih atau
net interest income (NII) naik 3,3% yoy menjadi Rp 14,13 triliun. Sedangkan pendapatan non bunga atau
non interest income BCA terkoreksi 14,5% yoy menjadi Rp 5,9 triliun. Sehingga total pendapatan operasional BCA mencapai Rp 19,1 triliun atau terkoreksi secara 2% yoy hingga Maret 2021. Dalam risetnya, Analis Mirae Asset Sekuritas Handiman Soetoyo, Hariyanto Wijaya, dan Rizkia Darmawan mengatakan, di saat yang sama kredit tumbuh negatif 4.1% YoY dan minus 0.3% QoQ. Pertumbuhan kredit lemah di segmen komersial dan UKM, serta konsumen.
“Namun, kami memperkirakan pertumbuhan kredit konsumen yang kuat di kuartal dua tahun ini didukung oleh stimulus pajak barang mewah untuk pembelian kendaraan dan property,” ungkap Hadiman dalam risetnya, Jumat (23/4).
Baca Juga: Intip saham-saham yang banyak dikoleksi asing pada perdagangan Selasa (27/4) Selain itu, ia melanjutkan, permintaan kredit selama BCA expoversary ternyata lebih tinggi dari ekspektasi manajemen. Sedangkan, kredit korporasi menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik sebesar 2,9% QoQ. Adapun dana pihak ketiga tetap meningkat, tumbuh 14,6% YoY dan 1,0% QoQ, hal ini didorong oleh kekuatan perbankan transaksional BBCA. Munculnya e-wallet dan e-money telah mendorong pertumbuhan
Current Account Saving s Account (CASA) yang kuat. Ia menilai, inisiatif perbankan digitalnya cukup berhasil, dengan rata-rata 8.000 akun baru per hari dibuka secara online di kuartal pertama tahun ini, dibandingkan dengan 4.500 akun baru di tahun 2020.
Baca Juga: Saham-saham ini banyak diburu asing saat IHSG parkir di zona merah, Selasa (27/4) Selanjutnya, untuk kredit bermasalah atau
non performing loan (NPL) bruto dipertahankan di 1,8%, tetapi ia melihat potensi peningkatan NPL pada kuartal dua tahun ini dari pinjaman yang direstrukturisasi.
Manajemen BBCA menyatakan bahwa 4%-6% pinjaman yang direstrukturisasi akan diturunkan menjadi NPL. Ke depannya, Hadiman menambahkan, pembatasan aktivitas yang berkepanjangan dan meningkatnya NPL masih menjadi tantangan untuk perbankan. Ia mempertahankan target harga BBCA Rp 38.700, tetapi meningkatkan rekomendasi menjadi beli karena koreksi harga baru-baru ini. Target harga tersebut menyiratkan P/B 4.8 kali dari perkiraan BVPS pada 2021. Pada perdagangan Rabu (28/4) harga saham BBCA turun 1,33% ke harga Rp 31.600 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Noverius Laoli