KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja sejumlah bank daerah tampak loyo hingga September 2024, khususnya bank daerah di Pulau Jawa. Mayoritas mencatatkan penurunan laba pada periode sembilan bulan pertama tahun 2024. Penurunan paling besar terjadi pada PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk (Bank BJB) yang secara konsolidasi labanya melorot 18,96% secara tahunan (YoY) per September 2024. Mengutip laporan keuangan publikasi Selasa (29/10), Bank BJB mencatat laba bersih Rp 1,16 triliun pada periode sembilan bulan pertama tahun 2024. Sebagai perbandingan, pada periode sama tahun lalu, laba bersih Bank BJB senilai Rp 1,43 triliun.
Baca Juga: Laba Bank Jateng Turun 12% pada Periode September 2024 Turunnya laba bersih Bank BJB salah satunya dipengaruhi oleh pendapatan bunga bersihnya. Di mana, pada pos pendapatan bunga bersih, Bank BJB hanya mencatat senilai Rp 4,84 triliun atau mengalami penurunan 7,82% YoY. Hal ini sejalan dengan beban bunga bank yang membengkak hingga Rp 6,77 triliun. Padahal, pada periode sama tahun lalu, beban bunga Bank BJB hanya senilai Rp 5,27 triliun. Corporate Secretary Bank BJB Ayi Subarna membenarkan bahwa kinerja Bank BJB di periode tersebut masih terdampak dari tekanan biaya dana akibat tingginya suku bunga acuan. Namun, ia melihat secara bisnis sudah mulai ada pertumbuhan. Ia mencontohkan bahwa pada periode September 2024, kredit Bank BJB tumbuh 4,3% YoY dengan nilai sekitar Rp 138,4 triliun. Di sisi lain, Ayi juga bilang bahwa pendapatan berbasis komisi Bank BJB juga tumbuh 8,2% YoY dengan diimbangi efisiensi operasional. “Ke depannya, dengan tren suku bunga yang akan turun tentunya akan memberikan dampak positif terhadap kinerja Bank BJB,” ujar Ayi, Rabu (30/10). Lebih lanjut, ia bilang pihaknya juga akan mendorong pertumbuhan kinerja Bank BJB secara grup. Salah satunya dengan mendorong sinergi bisnis antar grup di Kelompok Usaha Bank (KUB) yang dikepalai oleh Bank BJB. Penurunan laba juga terjadi pada PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah (Bank Jateng) dengan kinerja yang kurang memuaskan hingga September 2024. Sebab, laba bersih bank daerah asal Jawa Tengah ini turun 12% YoY. Mengutip laporan keuangan publikasi Selasa (29/10), Bank Jateng telah membukukan laba bersih senilai Rp 1,03 triliun selama periode Januari hingga September 2024. Sebagai perbandingan, pada periode sama tahun lalu, laba Bank Jateng senilai Rp 1,17 triliun. Bedanya, penurunan laba Bank Jateng lebih dipengaruhi oleh beban pencadangan yang dicatatkan senilai Rp 471,26 triliun. Angka tersebut mengalami kenaikan sekitar 74,09% YoY dari sebelumnya senilai Rp 270,69 triliun. Hal tersebut sejalan dengan adanya pemburukan kualitas kredit yang dimiliki Bank Jateng. NPL Gross Bank Jateng pada periode September 2024 ada di level 3,92%, naik dari periode sama tahun lalu yang ada di level 2,94%.
Baca Juga: Bank BJB Catatkan Laba Rp 1,16 Triliun hingga Kuartal III-2024 Untungnya, pendapatan bunga bersih dari Bank Jateng masih mampu menopang kinerja laba. Di mana, ada kenaikan dari periode September 2023 yang senilai Rp 3,46 triliun naik menjadi Rp 3,51 triliun pada periode September 2024. PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (Bank Jatim) turut melengkapi loyonya kinerja bank-bank daerah di periode ini. Bank berkode saham BJTM ini mencatatkan penurunan laba sekitar 8% YoY menjadi Rp 1,01 triliun. Sama halnya dengan Bank Jateng, penurunan laba Bank Jatim juga dipengaruhi oleh beban pencadangan yang naik. Tak main-main, kenaikannya sekitar 59.86% YoY dengan nilai menjadi Rp 689,73 miliar. Kondisi tersebut sejalan dengan adanya pemburukan kualitas kredit yang dimiliki Bank Jatim. Ini tercermin dari NPL Gross mereka yang saat ini ada di level 2,97%, atau naik dari posisi September 2023 yang di level 2,74%. Di sisi lain, penurunan laba Bank Jatim juga disebabkan oleh naiknya beban tenaga kerja menjadi Rp 1,41 triliun per September 2024. Pada periode sama tahun lalu, beban tenaga kerja Bank Jatim masih senilai Rp 1,11 triliun.
Untungnya, pendapatan bunga bersih dari Bank Jatim mampu mencatatkan pertumbuhan menjadi Rp 3,95 triliun. Capaian tersebut meningkat dari posisi September 2023 yang senilai Rp 3,57 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi