Kinerja Masih Positif, Begini Rekomensi Saham Kalbe Farma (KLBF)



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) berhasil melampaui estimasi pasar pada semester I-2024. 

Pendapatan Kalbe Farma mencapai Rp16,3 triliun, tumbuh 7,6% secara tahunan. Alhasil laba emiten farmasi ini tembus hingga Rp1,8 triliun atau tumbuh 18,1% dari periode yang sama tahun lalu. 

Analis Panin Sekuritas, Sarkia Adelia menilai kinerja positif ini ditopang segmen distribution & logistic, segmen prescription pharmaceuticals. 


Segmen distribusi & logistik mencatat pertumbuhan 17,1% secara tahunan menjadi Rp5,3 triliun, ditopang beberapa produsen baru.

Baca Juga: Kinerja Kalbe Farma (KLBF) Lampaui Estimasi Pasar, Simak Rekomensasi Sahamnya

Sarkia memperkirakan segmen distribution & logistic berpotensi terus berlanjut dan menjadi penopang bagi Kalbe ke depan. Hal ini sejalan dengan ekspansi bisnis melalui Enseval dan penambahan principal baru yang bisa mendorong kenaikan pendapatan dari third party di tahun ini.

“Seiring dengan langkah ekspansi ke bidang usaha distribusi cold-chain, perluasan infrastruktur dan jaringan distribusi serta kolaborasi dengan mitra internasional guna mempercepat proses transfer teknologi yang meningkatkan kapabilitas produksi,” jelas Sarkia dalam risetnya, (20/8). 

 
KLBF Chart by TradingView

Untuk segmen pharmaceutical, pada semester I-2024, penjualan segmen ini mencapai Rp 2,3 triliun atau naik 11,3% secara tahunan. 

Baca Juga: Asing Lanjutkan Net Buy, Cermati Saham yang Banyak Diburu Asing, Selasa (24/9)

Sarkia juga melihat adanya peluang pertumbuhan berkelanjutan. Sebab keunggulan Kalbe Farma di bidang oncology, biologics dan unbranded generic product, dimana eksistensi perusahaan yang merupakan market leader di bidang tersebut. 

Selain itu peluncuran produk baru Zerpidio 100mg sebagai obat kanker dan Efesa 0,3 & 0,6 mg sebagai obat penyakit Anemia yang telah mendapat izin edar di Indonesia dan beberapa negara lainnya. 

Kemudian ekspansi pasar melalui akuisisi 49% saham Alliance Pharma di Thailand juga menjadi katalis positif untuk kinerja Kalbe Farma. 

Namun perlu dicermati juga, segmen consumer health mengalami normalisasi seiring dengan meningkatnya behavior masyarakat. Kemudian segmen nutrition juga stagnan karen terdampak oleh melemahnya daya beli masyarakat, pertumbuhan yang terbatas, dan valuasi yang tergolong premium. 

Segmen consumer health dan nutrition mencatatkan rasio penjualannya relatif datar dengan masing-masing pertumbuhan hanya 1,3% yoy dan 0,5% yoy. 

Baca Juga: IHSG Anjlok 2,05% ke 7.743, Intip Saham yang Banyak Dijual Asing di Akhir Pekan

Mana dari itu, ke depan, Sarkia memperkirakan segmen ini hanya akan tumbuh single digit dengan ditopang produk promag sebagai kontributor terbesar serta minuman energi Extra Joss karena permintaan yang tinggi di pasar ekspor.

Di sisi lain, Analis CGS Internasional Sekuritas Jason Chandra dan Elizabeth Noviana menilai kinerja cemerlang ini merupakan hasil positif dari investasi dalam produk farmasi khusus pada 2018-2023.

Adapun produk khusus mencakup produk biologi, biosimilar, serta obat-obatan kimia yang sebagian besar digunakan untuk pengobatan kanker. 

Dalam segmen tersebut, KLBF telah aktif berinvestasi dalam produk biologis baru dengan membangun fasilitas produksi biosimilar di Cikarang pada tahun 2018. 

"Kontribusi produk khusus terhadap total pendapatan meningkat dari 1% pada 2018 menjadi 3% pada pertengahan tahun ini," jelas Jason dan Elisabeth dalam riset (10/9). 

Bahkan CGS Internasional Sekuritas memperkirakan pertumbuhan produk khusus akan terus berlanjut mencapai 5% pada 2026. 

Baca Juga: Saham-Saham yang Banyak Dijual Asing Kemarin Saat IHSG Cetak Rekor Baru

Ditambah persaingan di segmen ini masih relatif rendah di Indonesia, karena kebutuhan kemampuan klinis yang kompleks, sehingga margin EBIT dari bisnis ini mencapai 21% pada semester I-2024, lebih tinggi dari margin keseluruhan KLBF sebesar 14%.

Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Abdul Azis Setyo Wibowo menilai penguatan rupiah bisa jadi katalis positif bagi kinerja Kalbe Farma. Ini karena bahan baku produksi farmasi diimpor dari luar negeri. 

"Namun demikian rupiah masih berpotensi melemah dan hal ini bisa menjadi risiko dan tantangan bagi KLBF," kata Azis kepada KONTAN, (26/9). 

Kendati begitu, Azis yakin KLBF memiliki strategi tersendiri untuk mengurangi bahan baku impor walaupun tidak semuanya. Jadi masih ada risiko disebabkan fluktuasi rupiah. 

Kemudian secara kinerja, Azis memperoyeksi akan ada pertumbuhan top line 6%-7%, sedangkan dari sisi bottom line juga masih bisa tumbuh positif mengingat inflow asing membuat rupiah menguat. Dengan analisa tersebut, Azis merekomendasikan trading buy untuk saham KLBF dengan target 1,875 per saham. 

Baca Juga: ASII & GOTO Terbanyak, Ini Saham yang Banyak Dilepas Asing Saat IHSG Cetak Rekor Baru

Sementara proyeksi CGS Internasional Sekuritas pendapatan KLBF mencapai Rp 32,8 triliun dan laba bersih mencapai Rp 3,18 triliun pada akhir 2024. CGS Sekuritas merekomendasikan Add untuk saham Kalbe Farma dengan target harga Rp 1.900 per saham. 

Panin Sekuritas memproyeksi laba KLBF akan mencapai Rp 3,05 triliun pada akhir tahun ini, dan Rp 3,4 pada tahun 2025. 

Sementara pendapatan mencapai Rp 32,3 triliun pada Desember 2024 dan Rp 34,2 triliun pada tahun depan. Panin Sekuritas merekomendasikan hold untuk saham KLBF dengan target harga diturunkan ke Rp 1.700 per saham.

Selanjutnya: IT Luncurkan Noble & Monarch,Speaker Nirkabel dengan Performa Kencang & Desain Klasik

Menarik Dibaca: KPPU: RPM Jadi Ilegal jika Terbukti Membuat Persaingan Usaha Tidak Sehat

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli