Kinerja Mayora Indah tertekan beban pokok



KONTAN.CO.ID - Momen Ramadan dan Lebaran 2017 nampaknya tak kuat mengerek kinerja sejumlah emiten. Ekspektasi industri yang tidak sesuai dengan belanja masyarakat menyebabkan laporan keuangan sejumlah emiten masih di bawah harapan.

Tak cuma dari sisi daya beli, harga bahan pokok yang melesat juga menekan kinerja emiten konsumer, misalnya PT Mayora Indah Tbk (MYOR). Pada semester pertama tahun ini, pendapatan MYOR naik tipis 1,17% menjadi Rp 9,39 triliun dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu di Rp 9,27 triliun.

Adrian Joezer Analis Mandiri Sekuritas melihat, performa penjualan permen MYOR jatuh 10% dibanding tahun lalu. Sedangkan penjualan kopi naik 2,5%.


Dari sisi pendapatan secara keseluruhan, MYOR memang mencetak kenaikan tipis. Sektor domestik memberikan kontribusi mayoritas sebesar 60% dan memberikan kenaikan 5,2% pendapatan dari performa year on year. Angka ini berbanding terbalik dengan sektor ekspor yang turun 4,4% dibanding periode yang sama tahun lalu. "Biaya bahan pokok melesat 65% dari penjualan di kuartal II, dibanding 53% pada kuartal pertama," jelas Adrian dalam laporan yang ia rilis pada akhir Juli lalu.

Senada, Niko Margaronis Analis Ciptadana Sekuritas Asia menjelaskan bahwa harga pokok penjualan (HPP) naik. Inilah salah satu penyebab penurunan laba bersih MYOR sebesar 7,43% menjadi Rp 561,72 miliar dibanding Rp 606,85 miliar tahun lalu. Emiten yang bergerak dalam produk makanan ringan ini terhambat oleh kenaikan harga komoditas minyak kelapa sawit, gula, gandum dan coklat.

Niko, kurs mata uang asing menjadi penting karena 70% harga material mentah terkait erat dengan valuasi mata uang dolar Amerika Serikat (AS). Melesatnya kurs dollar AS terhadap rupiah pada kuartal-IV 2016 menyebabkan tekanan pada HPP. Ini ikut tercermin dari nilai pendapatan ekspor pada semester pertama 2017 yang merosot menjadi 40% dibanding rata-rata 45% pada tahun 2016.

Niko melihat, mulai stabilnya nilai tukar rupiah menjadi kesempatan bagi MYOR untuk meningkatkan ekspor. Pasalnya nilai ekspor yang nyaris setengah kontribusi pendapatan bisa membantu kinerja perusahaan. "Semestinya mereka menaikkan ekspor karena bisa membantu hedging forex (lindung nilai)," jelas Niko saat dihubungi KONTAN, Rabu (23/8).

Niko melanjutkan, pendapatan MYOR dapat rebound pada paruh kedua tahun ini dengan hari kerja yang lebih banyak. Tak hanya itu, ia memprediksi emiten ini akan melakukan revisi rata-rata penjualan (ASP) pada semester kedua tahun seiring dengan naiknya HPP.

Menurut Christine Natasya, analis Mirae Asset Sekuritas, sebenarnya pada momentum lebaran, konsumen tidak menunjukkan pelemahan daya beli, melainkan memilih opsi investasi. Di sisi lain, bila rupiah mulai stabil akan memberikan jalan bagus karena MYOR dapat merevisi harga ASP dengan lebih mudah.

Ia melanjutkan untuk mencetak laba lebih besar, MYOR bisa ekspansi ke luar negeri atau menambah jumlah iklan terutama di media televisi. "Karena televisi dangat kuat dalam membangun brand image," papar Christine.

Christine memprediksi, hingga akhir tahun 2017, MYOR dapat meraup pendapatan hingga Rp 20,3 triliun dan Rp 23,3 triliun pada tahun depan. Sedangkan untuk laba bersih akhir tahun ini sebesar Rp 1,4 triliun.

Adrian memberikan peringkat netral untuk saham MYOR dengan target harga saham akhir tahun di Rp 1.900. Christine merekomendasikan hold MYOR dengan target harga Rp 2.150. Sedangkan Niko merekomendasikan sell dengan target harga Rp 1.690.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati