KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Medco Energi Internasional Tbk (
MEDC) telah merilis laporan kinerja periode sembilan bulan pertama tahun 2024. Bersamaan dengan itu, MEDC mengumumkan panduan operasional dan belanja modal (
capital expenditure/capex) sebagai target yang ingin dicapai pada tahun depan. Pada segmen minyak dan gas (migas), target produksi MEDC tahun 2025 masih berkisar di level 145 million barrel oil equivalent per day (mboepd) - 150 mboepd. MEDC menjaga level produksi yang sama dengan panduan untuk tahun ini. MEDC juga ingin menjaga biaya produksi migas agar tetap bisa di bawah US$ 10 per barrel oil equivalent (boe). Di sisi lain, MEDC mendongkrak capex untuk segmen migas menjadi US$ 400 juta, dibandingkan estimasi capex tahun ini sebesar US$ 350 juta.
Pada segmen ketenagalistrikan, MEDC mengerek naik target penjualan menjadi sebesar 4.500 Gigawatt hours (GWh). Sedangkan pada tahun ini, panduan penjualan ketenagalistrikan MEDC berada di 4.100 GWh.
Baca Juga: Medco Energi (MEDC) Jaga Stabilitas Kinerja, Intip Target Untuk Tahun 2025 Meski target penjualan naik, tapi capex untuk segmen ketenagalistrikan menyusut menjadi US$ 30 juta untuk tahun 2025. Sebagai perbandingan, MEDC mengalokasikan capex untuk ketenagalistrikan sebesar US$ 80 juta.
Kinerja hingga Kuartal III-2024
Dari sisi kinerja keuangan, top line dan bottom line MEDC kompak menanjak dalam periode sembilan bulan 2024. Pendapatan MEDC tumbuh 6,58% secara tahunan dari US$ 1,67 miliar menjadi US$ 1,78 miliar sampai dengan September 2024. Pada periode yang sama, MEDC meraih laba bersih senilai US$ 273,27 juta. Meningkat 12,74% dibandingkan laba periode berjalan yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk MEDC per September 2023, yang kala itu sebesar US$ 242,37 juta. Chief Executive Officer Medco Energi Internasional, Roberto Lorato mengungkapkan kinerja MEDC didorong oleh penyelesaian proyek-proyek utama di Suban, Meliwis, dan West Belut. MEDC juga melanjutkan pengembangan proyek Pembangkit Listrik Tenaga Panas bumi (PLTP) Ijen dan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Bali. Direktur Utama Medco Energi Internasional Hilmi Panigoro mengapresiasi hasil operasional dan keuangan MEDC hingga kuartal III-2024. "Upaya Medco Energi untuk mendukung energi yang berkelanjutan, dikombinasikan dengan dedikasi kami untuk mematuhi praktik ESG internasional, telah mendapatkan pengakuan positif dari para investor dan lembaga pemeringkat," kata Hilmi dalam siaran resmi yang disiarkan Kamis (31/10) malam. Dalam ikhtisar operasi MEDC periode sembilan bulan 2024, produksi di segmen migas tercatat sebesar 153 mboepd. Lebih rendah dibandingkan capaian tahun lalu karena berkurangnya hak kelola Corridor dan divestasi Vietnam. Tapi, sebagian diimbangi oleh akuisisi Oman. Beberapa proyek mulai beroperasi pada kuartal ketiga, dengan Corridor Suban 27, Madura Meliwis dan platform Natuna West Belut yang mendukung pengiriman gas pertama di bawah kontrak baru.
Baca Juga: SKK Migas Ungkap 12 Proyek Hulu Migas Telah Onstream Adapun, produksi MEDC terdiri dari 27% minyak dan 73% gas. Biaya unit produksi sebesar US$ 7,7 per boe. MEDC merealisasikan capex sebesar US$ 249 juta untuk segmen migas. Selain itu, MEDC mendapatkan blok eksplorasi baru, yaitu PSC Amanah. Blok yang terletak di onshore Sumatra Selatan ini berdekatan dengan PSC Corridor dan South Sumatra yang sudah beroperasi. Pada segmen ketenagalistrikan, Medco Power menghasilkan penjualan sebesar 2.961 GWh. Dari jumlah itu, 21% berasal dari sumber energi terbarukan. Penjualan sedikit menurun karena
shutdown operasi Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) Riau pada Agustus.
Capex untuk segmen listrik mencapai US$ 51 juta. Belanja digunakan untuk melanjutkan pengembangan tahap pertama Panas Bumi Ijen, proyek PLTS Bali Timur 25 Megawatt peak (MWp) dan ekspansi Energi Listrik Batam (ELB) menjadi Combined Cycle Power Plant (CCPP). Medco Power mendapatkan izin eksplorasi panas bumi (PSPE) di Samosir, Sumatra Utara, yang dekat dengan operasi Sarulla yang sudah ada. Selain itu, konsorsium Pacific Medco Solar Energy menerima
conditional license dari Otoritas Pasar Energi Singapura (EMA) untuk mengimpor 600 MW tenaga surya ke Singapura. Sedangkan segmen tambang mineral digarap melalui PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN). Produksi tembaga AMMN mencapai 335 Mlbs atau melonjak 68%. Sementara produksi emas melejit 173% menjadi 708 Koz. MEDC mendapatkan kontribusi laba bersih dari AMMN sebesar US$ 129 juta, atau melonjak US$ 116 juta dari tahun lalu. Di sisi lain, proyek smelter AMMN telah selesai dibandun pada bulan Mei dan diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada 23 September 2024. Dihubungi terpisah, Founder Stocknow.id Hendra Wardana melihat peluang MEDC untuk menjaga outlook kinerja positif di sisa tahun ini. Apalagi, jika harga minyak dunia kembali memanas tersulut efek tensi geopolitik terutama di Timur Tengah.
Baca Juga: Intip Capaian Laba Emiten EBT Hingga Kuartal III-2024 Beserta Rekomendasi Sahamnya Dia lantas menyoroti upaya dunia untuk menyeimbangkan pasokan dan permintaan minyak serta pemulihan ekonomi di sejumlah negara, yang bisa menjadi faktor pendorong harga komoditas energi.
"Jika harga minyak bertahan di level yang tinggi atau meningkat, laba MEDC berpotensi lebih baik pada akhir 2024 dan mungkin terus menguat di 2025," kata Hendra kepada Kontan.co.id, Jumat (1/11). Hanya saja, Hendra mengingatkan bahwa risiko tetap ada. Terutama jika ketidakpastian ekonomi global meningkat atau terjadi perubahan signifikan dalam kebijakan energi global. Meski begitu, Hendra masih menyematkan rekomendasi buy pada saham MEDC untuk target harga Rp 1.460 per saham. Sedangkan Equity Analyst Kanaka Hita Solvera William Wibowo menyarankan strategi buy on weakness saham MEDC, dengan mencermati support di Rp 1.175 dan resistance di Rp 1.300. Adapun, harga MEDC menutup pekan ini dengan pelemahan 1,17% ke level Rp 1.265 per saham pada Jumat (1/11). Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi