KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Beralih ke sektor energi, kinerja PT MNC Energy Investments Tbk (
IATA) mentereng di tahun 2022. Kinerja emiten Grup MNC ini diperkirakan masih akan positif di 2023. Equity Research Phintraco Sekuritas Rio Febrian mengatakan, kinerja IATA kuartal kedua 2022 naik signifikan setelah mengubah kegiatan usaha pada kuartal pertama 2022. "Pasca perubahan usaha tersebut, IATA mencatatkan peningkatan pendapatan sebesar 265% secara tahunan dan kenaikan laba bersih sebesar 761% secara tahunan di enam bulan 2022," klata Rio kepada Kontan.co.id, Senin (16/1).
Menurut Rio bahwa aksi perubahan usaha pada tahun 2022 memberikan dampak positif pada kinerja keuangan emiten terutama dari sisi pendapatan. "Perubahan kegiatan usaha merupakan suatu hal yang lazim untuk mengikuti perubahan fokus usaha dari perusahaan," kata dia.
Baca Juga: MNC Energy Investments (IATA) Targetkan Pendapatan US$ 350 Juta di 2023 Sementara, Research Analyst Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani menilai emiten yang melakukan perubahan kegiatan usaha pada tahun 2022 seharusnya sudah dapat dilihat dan dibandingkan dengan kuartal pertama 2022 dengan kuartal kedua 2022 ataupun kuartal ketiga 2022. "Jika secara tahunan pendapatan dan laba bersih yaitu
top line dan
bottom line meningkat berarti itu membuktikan perubahan kegiatan bisnisnya membuat untung lebih besar dibandingkan sama bisnis utama sebelumnya," kata Arjun. Menurut Arjun, jika sektor industri dan energi kondusif seperti tahun lalu maka IATA dapat memanfaatkan kondisi tersebut. Harga batu bara naik di tahun lalu sehingga IATA bisa mencaplok peningkatan permintaan. Harga saham IATA pun melesat seiring perubahan kegiatan usaha dan kenaikan kinerja keuangan.
Baca Juga: Tren Harga Batubara Masih Tetap Hot, Saham Emiten Penambang Kian Melambung Arjun melihat komoditias energi saat ini sangat
volatile. Jika perang antara Ukraina-Rusia semakin parah, permintaan komoditas energi termasuk batu bara akan meningkat.
Sementara, jika resesi global terjadi, permintaan batu bara berpotensi menurun. Peningkatan kasus Covid-19 di China yang kembali menyebabkan penurunan aktivitas ekonomi pun akan menekan permintaan batu bara. "Ketidakpastian situasi covid China dan kemungkinan
lockdown ketat seperti tahun lalu akan memberi tekanan harga batu bara," ujar Arjun. Arjun merekomendasikan saham IATA dengan target harga di Rp 134 per saham.
Support harga saham IATA berada di level Rp 115 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati