KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten teknologi kakap telah merilis kinerja di semester I-2024. Meski masih menderita kerugian, tetapi mayoritas menunjukkan perbaikan dan pertumbuhan kinerja keuangan. Misalnya, PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (
GOTO) yang berhasil mengantongi pendapatan bersih sebesar Rp 7,73 triliun per Juni 2024. Pendapatan GOTO meningkat 12,40% secara tahunan atau
Year on Year (YoY) dari Rp 6,88 triliun. Sejalan dengan itu, beban dan biaya yang harus dipikul GOTO mengalami efisiensi. Per Juni 2023, jumlah beban GOTO hanya sebesar Rp 9,46 triliun atau turun 27,15% YoY dari Rp 12,99 triliun.
Dari sisi
bottom line, rugi diatribusikan kepada pemilik entitas induk GOTO mencapai Rp 2,69 triliun per Juni 2024. Ini menyusut 62,30% secara dari Rp 7,16 triliun per Juni 2024. Presiden Direktur Grup GoTo Patrick Walujo mengatakan pertumbuhan tersebut merupakan hasil dari strategi pasar massal GOTO, inovasi produk, dan pendekatan kepada pelanggan. Dia bilang Grup GOTO telah memperluas dan memperdalam jangkauan pelanggan dengan produk-produk baru yang menarik lebih banyak orang, sambil menurunkan biaya pelayanan. "Untuk di paruh kedua tahun ini, kami akan semakin mempercepat laju pertumbuhan, membangun fondasi kuat yang telah dikembangkan," kata Patrick dalam
earning calls baru-baru ini.
Baca Juga: Pesan Go Food Bisa di Tiktok, Bisa Jadi Bekal Katalis Baru Bisnis GOTO Penurunan rugi bersih juga terjadi dialami oleh perusahaan besutan Grup Djarum, yakni PT Global Digital Niaga Tbk (
BELI). Rugi tahun berjalan BELI per 30 Juni 2024 mencapai Rp 1,18 triliun atau menyusut 32,7% secara tahunan. Dari sisi
top line, pendapatan bersih emiten pengelola
e-commerce Blibli ini mencapai Rp 7,85 triliun di sepanjang semester I-2024. Raihan ini naik 0,98% YoY dari Rp 7,77 triliun dari posisi semester I-2023 Ronald Winardi, Chief Financial Officer Global Digital Niaga bilang strategi pertumbuhan
omnichannel yang selektif, meningkatkan laba bruto, dan pengendalian biaya yang disiplin telah efektif dalam meningkatkan kinerja. "Kami akan terus menjalankan strategi
omnichannel, yang mencakup perluasan titik kontak konsumen melalui kemitraan dengan pemegang merek global terkemuka," kata Ronald.
Baca Juga: Jumlah PHK Capai 32.064 Orang Hingga Juni 2024, Paling Banyak di DKI Jakarta Berbeda dari dua emiten sebelumnya, rugi bersih PT Bukalapak.com Tbk (
BUKA) justru semakin membengkak. Sebenarnya, BUKA masih mencetak pertumbuhan pendapatan, tapi harus tertekan oleh kerugian investasi. Adapun BUKA membukukan pertumbuhan pendapatan bersih sebesar 10,61% YoY menjadi Rp 2,41 triliun di semester I-2024. Pada periode yang sama di 2023, pendapatan bersih BUKA mencapai RP 2,18 triliun. Namun pertumbuhan top line BUKA harus tertekan karena rugi nilai investasi yang belum dan sudah terealisasi bersih mencapai Rp 1,32 triliun di semester I-2024. Di periode yang sama pada 2023, pos ini hanya minus Rp 120,82 miliar. Alhasil, rugi periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk Bukalapak mencapai Rp 751,9 miliar. Ini lebih buruk dari posisi per Juni 2023, sebesar minus Rp 389,27 miliar.
Baca Juga: Bukalapak Membukukan Rugi Bersih Rp 752 Miliar di Semester I-2024 Presiden Direktur Bukalapak Teddy Oetomo menyampaikan meskipun kuartal II-2024 relatif lebih statis, tetapi pihaknya puas dengan kinerja BUKA di paruh pertama tahun ini. Teddy menjelaskan mengulangi kesuksesan kinerja kuartal pertama merupakan sebuah tantangan dengan adanya bulan Ramadan yang secara khusus mempengaruhi pendapatan segmen
offline to online (O2O). Momen Ramadan yang jatuh pada Maret 2024 merupakan periode tertinggi dan sudah tercatat di kuartal I-2024. Namun perayaan Idul Fitri diikuti oleh musim liburan menunjukkan penurunan tingkat belanja. "Meskipun begitu, secara keseluruhan pendapatan meningkat 11% di paruh pertama tahun ini dibandingkan tahun lalu dengan
take rate lebih dari 3%," jelas Teddy.
Baca Juga: GOTO Berhasil Cetak Pertumbuhan Kinerja, Begini Catatan Analis Merespon rilis kinerja tersebut, beberapa saham teknologi berhasil bangkit. Terutama, GOTO yang berhasil bangkit dari level gocap. Hingga akhir perdagangan Kamis (1/8) GOTO parkir di level Rp 54 per saham.
Equity Analyst Mirae Asset Sekuritas Christopher Rusli menjelaskan saat ini perusahaan teknologi tengah berfokus pada profitabilitas karena biaya pendanaan yang meningkat dan investor memprioritaskan profitabilitas. Dia mencermati para emiten teknologi telah beralih dari strategi pertumbuhan tanpa batas menjadi fokus pada EBITDA atau laba bersih disesuaikan, yang mengarah pada peningkatan monetisasi dan rasionalisasi biaya. "Namun sentimen positif untuk sektor teknologi diperlukan agar mendorong harga saham naik, dengan potensi penurunan suku bunga pada paruh kedua tahun 2024 akan menjadi katalis utama," jelas Christopher. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati