Kinerja memburuk, harga UNSP ikut terpuruk



JAKARTA. Harga Saham PT Bakrie Sumatera Plantantions Tbk (UNSP) mendekati titik terendah selama delapan tahun silam. Sejak kemarin sampai hari ini, harga saham bermain di sekitar Rp 97 per saham. Sekedar bernostalgia, 13 Februari 2004 lalu saham UNSP ada di level Rp 92,57, tak jauh berbeda dengan posisinya kini.

Anjloknya harga saham UNSP cukup riskan. Dalam laporan keuangan UNSP per Juni 2012 disebutkan, mereka memiliki utang dalam bentuk wesel bayar yang nilainya setelah diperpanjang sebesar US$ 100 juta. Pada 18 Februari 2010, UNSP menerbitkan wesel bayar yang dijamin dengan sahamnya. Nilainya mencapai US$ 77,5 juta dengan tingkat bunga 8% per tahun. Dus, kalau harga saham UNSP turun bisa mempengaruhi utang UNSP.

Wesel itu sendiri jatuh tempo pada 1 Maret 2013. Pada 2010, UNSP telah melunasi sebagian utang senilai Rp 395,55 miliar. Namun pada 4 Februari 2011, UNSP memperbaharui pinjaman dengan nilai tak lebih dari US$ 100 juta. Masa jatuh tempo diperpanjang menjadi 2017. Alhasil, saldo utang per Juni 2012 tercatat sebesar Rp 527,4 miliar.


Saat KONTAN coba mengkonfirmasikan kondisi ini, Bambang Aria Wisena dan Cholil Hasan, masing-masing sebagai Direktur Utama dan Direktur Keuangan UNSP, tidak mengangkat telepon.

Menukiknya harga saham UNSP sejalan dengan memburuknya kinerja mereka. Perusahaan perkebunan grup Bakrie tersebut mencetak penurunan laba bersih di semester I-2012 dari Rp 408,78 miliar menjadi Rp 3,74 miliar.

Hasil akuisisi aset Domba Mas sejauh ini belum memberikan kontribusi yang maksimal. Penjualan oleo UNSP hingga Juni 2012 tercatat hanya sebesar Rp 255,01 miliar. Dibandingkan dengan Juni tahun 2011 lalu, angkanya hanya naik tipis dari Rp 207,01 miliar.

Janson Nasrial, analis AM Capital berpendapat, prospek UNSP memang suram. "Debt to EBITDA UNSP tinggi yaitu lima sampai enam kali," kata dia. Sementara total kas dan setara kasnya tipis, yakni Rp 133,62 miliar per Juni 2012. ia memprediksi, kinerja UNSP akan sulit terdongkrak. Pasalnya harga CPO diprediksi melemah hingga kuartal I-2013.

Ia menyarankan investor mencermati saham perkebunan lain seperti AALI, LSIP, atau BWPT.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: