KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja perusahaan yang berbisnis beras pada sementer satu 2018 ini sepertinya
pulen. Meski, bisnis mereka dihantui kebijakan Kementerian Perdagangan tentang penetapan Harga Eceran Tertinggi (HET) beras. Salah satu perusahaan yang kinerjanya mendaki adalah PT Buyung Poetra Sembada Tbk. Emiten dengan kode saham HOKI ini mencatat pertumbuhan pendapatan sebesar Rp 769 miliar, naik 9% dibanding periode sama 2017 yang sebesar Rp 700 miliar. Peningkatan pendapatan ini diikuti dengan kenaikan laba bersih sebesar 11% menjadi Rp 50,4 miliar dari sebelumnya Rp 45,2 miliar. Moncernya kinerja perusahaan beras ini tak terlepas dari peningkatkan permintaan beras di pasar yang terus bertambah.
Investor Relations PT Buyung Poetra Sembada Tbk (
HOKI), Dion Surijata mengatakan, peningkatan konsumsi beras selama paruh pertama 2018 menjadi pendongkrak kinerja perusahaan. "Pertumbuhan konsumsi membuat pendapatan perusahan naik, meskipun ada penerapan kebijakan HET, tapi tidak menghalangi peningkatkan pendapatan perusahaan," ujarnya kepada KONTAN, Senin (30/7). Dion menambahkan, salah satu strategi yang diterapkan untuk menaikkan pendapatan adalah efisiensi. Baik dari biaya logistik maupun dari pengeluaran yang tidak perlu. Berkat efisiensi, laba perusahaan naik lebih tinggi dari pendapatan usaha. Hanya Dion berharap, ke depan, tidak ada perubahan kebijakan pemerintah dalam mengatur harga beras. Pasalnya, sebelumnya sempat mencuat isu kalau Kemdag bakal menurunkan HET. "Tapi, pada prinsipnya kami patuh apapun kebijakan pemerintah," ujar dia. Dengan torehan kinerja positif pada semester I 2018, Buyung Poetra optimistis, pendapatan perusahaan ini sampai akhir tahun bisa tumbuh 10%-15% dari tahun 2017. Bila target tersebut terpenuhi, tahun ini, Buyung Poetra bakal akan mengantongi pendapatan sebesar Rp 1,32 triliun hingga Rp 1,39 triliun. Pasalmya, sepanjang 2017, perusahaan ini mencatat pendapatan sebesar Rp 1,2 triliun. Adapun untuk memastikan pasokan beras terjaga, hingga saat ini, Buyung Poetra masih mengandalkan pasokan gabah dan beras dari sentra produksi beras di wilayah Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan dan sebagian dari wilayah Jawa. "Kami membeli harga beras yang masuk dalam hitungan kami," ujar Dion. Tembus Rp 1 triliun Selain Buyung, PT Food Station Tjipinang Jaya juga mencatat kinerja mentereng. Semester I ini, BUMD DKI ini mencatat pendapatan hampir Rp 1 triliun. Kinerja ini naik 105,7% bila dibandingkan periode sama 2017 yang sebesar Rp 486 miliar. "Pendapatan tembus Rp 1 triliun itu,
fixed sales per 19 Juli 2018," ujar Direktur Utama Food Satiton Arief Prasetyo Adi senang. Penopang pendapatan, jelas Arief tidak hanya berasal dari penjualan beras yang volumenya naik, tapi juga berasal dari perdagangan produk lainnya.
Misalnya, minyak goreng, telur, tepung, gula serta sejumlah produk kebutuhan pokok lainnya. "Salah satu penjualan terbesar dari paket-paket lebaran kemarin yang mencapai 100.000 paket, meski paket tersebut ada yang kami jual dengan hargaRp 75.000 per paket," imbuhnya. Lebih lanjut Arief menjelaskan perincian kenaikan pendapatan Food Station. Yakni dari sektor perdagangan sekitar 90% dan sisanya dari penyewaan properti sebesar 10%. Kondisi ini berbeda dari sebelumnya yakni 90% pendapatan berasal dari penyewaan properti dan sisanya dari perdagangan. Alhasil, Arief optimis sampai akhir tahun pendapatan Food Station bisa lebih tinggi lagi. Sayang, Arief enggan menyebut target laba. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Sanny Cicilia