KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Perusahaan Gas Negara Tbk (
PGAS) berhasil mencetak kinerja mentereng sepanjang Januari-September 2021. Emiten pelat merah ini mencatatkan laba bersih senilai US$ 286,21 juta atau melejit 437,40% dibanding periode yang sama tahun 2020 sebesar US$ 53,25 juta. Lonjakan laba bersih PGAS dibarengi dengan naiknya pendapatan. Emiten yang juga dikenal dengan nama PGN ini mengantongi pendapatan sebesar US$ 2,25 miliar,naik 4,78% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya senilai US$ 2,15 miliar. Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Juan Harahap menilai, capaian pendapatan PGAS sejalan dengan ekspektasi dan proyeksi konsensus, yang mencerminkan masing-masing 74,1% dan 74,3%.
Juan mengatakan, capaian ini ditopang oleh kenaikan biaya transmisi yang dibarengi dengan peningkatan penjualan segmen migas. Pendapatan dari segmen distribusi gas mencapai US$ 1,7 miliar atau turun tipis 0,5% secara
year-on-year (YoY). Penurunan pendapatan segmen ini terjadi di tengah kenaikan volume distribusi gas sebesar 7,8% YoY menjadi 874 BBTUD. Hal ini disebabkan oleh penurunan margin distribusi gas sebesar 22,6% YoY.
Baca Juga: Resmikan station CNG Blora, PGN (PGAS) siap perkuat suplai gas bumi Dari sisi
bottom line, Juan menilai laba bersih PGAS yang melejit 437,5% menjadi US$ 286,21 juta juga berada di atas perkiraan dan konsensus, masing-masing sebesar 82,2% dan 109,2%. Juan menyebut, kinerja moncer PGAS yang lebih tinggi dari perkiraan disebabkan oleh dua faktor.
Pertama, adanya pembalikan penyisihan untuk sengketa pajak sebesar US$ 17 juta pada kuartal III-2021.
Kedua, laba dari usaha patungan atau
joint venture (JV) naik 120,6% yoy menjadi US$ 75,1 juta
Dengan adanya dukungan yang lebih tinggi dari usaha JV, Juan merevisi naik perkiraan laba bersih PGAS. Juan mengerek naik proyeksi laba bersih masing-masing sebesar 5,5% dan 7,8% di 2021 dan 2022, menjadi masing-masing sebesar US$ 329 juta dan US$ 336 juta. Seiring dengan revisi naik kinerja PGAS, Juan juga meningkatkan harga target saham PGAS menjadi Rp 1.750 per sanam, dari sebelumnya Rp 1.700 per saham. Namun, Juan menurunkan rekomendasi saham PGAS dari
buy menjadi
trading buy, karena target harga saat ini menyiratkan potensi kenaikan di bawah 20% “Rekomendasi ini didorong oleh pertumbuhan pendapatan dari kenaikan harga minyak; dan adanya tambahan pendapatan dari proyek Blok Rokan yang akan mulai berproduksi pada tahun 2022,” tulis Juan dalam riset, Kamis (4/11).
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari