KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten farmasi, PT Merck Tbk (
MERK) melaporkan kinerja yang kurang memuaskan di kuartal III-2024 dengan penurunan pendapatan 3,44% dan penurunan laba 40,90% dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu. Berdasarkan laporan keuangan per September 2024, pendapatan Merck turun dari Rp 780,55 miliar pada 2023 menjadi Rp 753,73 miliar tahun ini, atau turun sebanyak Rp 27 miliar. Menurut Evie Yulin, Presiden Direktur Merck, penurunan pendapatan terutama disebabkan oleh tidak adanya penjualan di segmen Bahan Baku Obat (BBO) pada 2024.
Baca Juga: Pendapatan MERK Susut 14,5% Jadi Rp 961 Miliar pada 2023 Segmen ini terdampak penghentian perjanjian layanan antara PT Merck Chemicals and Life Sciences dengan Merck per 31 Maret 2023, yang pada kuartal pertama tahun lalu menyumbang pendapatan hingga Rp 29 miliar. "Jika pendapatan BBO ini tidak diperhitungkan, Merck justru mencatatkan peningkatan sebesar 0,3% atau sekitar Rp 2,6 miliar," ujar Evie kepada KONTAN, Minggu (3/11). Meskipun kehilangan kontribusi dari segmen BBO, Evie menyatakan bahwa target perusahaan tetap tidak direvisi untuk mempertahankan kinerja positif hingga akhir tahun. "Kami optimis tetap dapat mempertahankan performa yang positif walau laju pertumbuhannya menurun dibandingkan dengan tahun sebelumnya," ujarnya. Adapun, pendapatan Merck hingga kuartal ketiga 2024 masih didominasi oleh segmen operasi obat-obat resep. Produk-produk yang menjadi andalan perusahaan berasal dari lini kardiovaskular, diabetes, dan fertilitas.
Baca Juga: Merck (MERK) Belum Berencana Memproduksi dan Mendistribusikan Obat Covid-19 Sebagai bagian dari strategi menghadapi tantangan ini, Merck memperkuat fokus pada bisnis intinya di sektor obat-obatan resep. Salah satu langkah strategis yang ditempuh adalah peluncuran produk baru di Indonesia pada kuartal kedua 2024 untuk pengobatan kanker. Produk ini telah mendapat izin dari BPOM dan ditujukan untuk terapi tiga indikasi kanker, yakni kanker kandung kemih, kanker ginjal, dan kanker kulit. Langkah ini diharapkan mampu mendongkrak pendapatan Merck di sektor farmasi dalam beberapa kuartal mendatang. Dengan tetap fokus pada obat-obatan yang mendukung kebutuhan pasar ini, Merck berharap dapat mempertahankan kinerja positif hingga akhir tahun meski ada tantangan dari kehilangan segmen BBO.
Selain itu, hingga kuartal ketiga tahun ini, Merck telah menyerap belanja modal atau capex sebesar IDR 6 miliar. Capex ini sebagian besar dialokasikan untuk pembelian suku cadang mesin serta pemasangan panel surya fotovoltaik (PV) di pabriknya di Pasar Rebo, Jakarta.
Baca Juga: Sepanjang Kuartal I-2022, Merck (MERK) Serap Capex 12% dari Total Alokasi "Langkah ini merupakan bagian dari komitmen Merck terhadap keberlanjutan dengan meningkatkan efisiensi energi," pungkasnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Noverius Laoli