Kinerja Merosot Terseret Sentimen Boikot, Simak Rekomendasi Saham Berikut Ini



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Konflik di Gaza, Palestina yang berkecamuk sejak akhir tahun lalu telah menyulut aksi boikot pada sederet produk yang dituding mendukung Israel. Bisnis sejumlah emiten pun merosot terseret sentimen aksi boikot.

Barisan produk yang terkena boikot umumnya memiliki afiliasi dengan merek global. Di antaranya  Unilever, Starbuck, KFC, dan Pizza Hut. Sehingga emiten pemegang lisensi merek atau pengelola gerai produk tersebut di Indonesia terkena imbasnya.

Emiten-emiten itu sejatinya sudah memberikan klarifikasi terkait posisi perusahaan terhadap konflik Israel-Palestina. Tapi aksi boikot ini kadung memangkas penjualan emiten.


Seperti diakui oleh Presiden Direktur PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) Benjie Yap, bahwa penjualan domestik Unilever terdampak aksi boikot pada kuartal IV-2023 lalu. Penurunan terbesar terjadi telah pada November dan Desember 2023.

Baca Juga: Cermati Rekomendasi Saham ISAT, MTEL, BBTN dan SRTG dari RHB Sekuritas Hari Ini (5/4)

Secara tahunan, penjualan UNVR merosot 6,30% menjadi Rp 38,61 triliun sepanjang tahun lalu. Laba UNVR pun tergerus 10,44% menjadi Rp 4,80 triliun.

Analis Panin Sekuritas, Andhika Audrey menyoroti adanya aksi boikot semakin memperberat UNVR yang sedang mengalami perlambatan. Kinerja UNVR sudah lebih dulu tertekan perubahan konsumen yang beralih ke produk lebih murah (downtrading).

Selain UNVR, Andhika mengamati kinerja PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI) yang memegang sederet lisensi merek barang konsumsi global melalui anak usahanya, PT MAP Boga Adiperkasa Tbk (MAPB). Kinerja MAPI pun melemah pada kuartal IV-2024.

Andhika menggambarkan, penjualan pada kuartal IV-2024 hanya tumbuh di level middle-single digit. Padahal rata-rata pertumbuhan kuartal IV MAPI selama lima tahun berada di level middle-high double digit.

"Kami mengestimasikan pengaruh boikot memiliki andil yang besar dalam pelemahan penjualan pada kuartal IV-2023," kata Andhika kepada Kontan.co.id, Kamis (4/4). 

Hanya saja, MAPI memiliki diversifikasi bisnis yang komprehensif, sehingga bisa meredam efek dari boikot tersebut. Sepanjang tahun lalu, pendapatan bersih MAPI masih mampu tumbuh 23,69% menjadi Rp 33,31 triliun. Meski laba bersihnya tergerus 10,42% menjadi Rp 1,89 triliun.

 
MAPI Chart by TradingView

Equity Research Analyst Kiwoom Sekuritas Indonesia Abdul Azis Setyo Wibowo menambahkan, MAPI dapat meredam dampak boikot lantaran memiliki segementasi konsumen yang loyal dengan pasar middle-up. Beda lagi ceritanya dengan PT Sarimelati Kencana Tbk (PZZA) dan PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST).

Penurunan kinerja PZZA dan FAST lebih karena adanya lonjakan beban pada bahan baku. Catatan Azis, penurunan kinerja keuangan tetap akan berdampak terhadap pergerakan harga saham emiten.

Sedangkan Investment Consultant Reliance Sekuritas Indonesia Reza Priyambada menilai aksi boikot tidak banyak memberi pengaruh signifikan terhadap kinerja emiten. Menurut Reza, penurunan kinerja dari sisi laba umumnya lebih disebabkan lonjakan beban atau biaya yang lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pendapatan.

Ditambah lagi dengan semakin sengitnya kompetisi antar perusahaan sejenis.

"Kalau bisa menikmati sajian F&B yang kurang lebih sama dengan harga yang lebih murah, tentu masyarakat akan pilih yang lebih murah. Kecuali kalau individu tersebut sudah brand minded maka mau semahal apapun pasti akan dibeli," kata Reza.

Baca Juga: Begini Rekomendasi Saham Pilihan dari MNC Sekuritas untuk Hari Ini (5/4)

Sementara Equity Analyst Kanaka Hita Solvera Andhika Cipta Labora menilai antisipasi terhadap dampak negatif boikot tetap menjadi faktor penting. Sebab jika aksi boikot berkelanjutan, akan rentan membawa sentimen negatif bagi kinerja maupun saham emiten.

Sebagai rekomendasi, Andhika menilai saham MAPI masih layak koleksi dengan target harga di Rp 2.200. Andhika Audrey menimpali, dampak boikot hanya sementara dan cenderung terbatas di kota tier-2. Dia juga menjagokan MAPI dengan target di Rp 2.100. Azis turut memilih MAPI dengan target Rp 2.150.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari