JAKARTA. Pengembang properti PT Modernland Realty Tbk (MDLN) memastikan kenaikan suku bunga acuan tidak akan berpengaruh pada kinerja perusahaan tahun ini. "BI rate pasti menurunkan permintaan kredit perumahan, tapi kami punya segmen pembeli tersendiri di kawasan Jabodetabek," ujar Cuncun M. Wijaya, Investor Relation MDLN, (19/11). Tidak terpengaruhnya kinerja MDLN bisa ditunjukkan oleh pendapatan perusahaan yang selama ini ditopang dari tiga segmentasi bisnis yaitu real estate & apartemen, lapangan golf & restoran, serta perhotelan. Dari ketiga segmen tersebut, real estate & apartemen menyumbang pendapatan paling tinggi, Rp 1,33 triliun, atau 95% dari pendapatan konsolidasi MDLN, sebesar Rp 1,4 triliun. Pendapatan konsolidasi MDLN sendiri naik 97% dari sebelumnya Rp 714,85 miliar. Meski BI rate sudah naik lima kali sepanjang tahun ini, namun kinerja MDLN pada pos real estate & apartemen itu sendiri juga tetap naik signifikan dari sebelumnya Rp 688,47 miliar pada periode kuartal III 2013. Sementara pendapatan pada segmen golf dan restoran masing-masing sebesar Rp 32,79 miliar, naik 23% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, Rp 26,83 miliar. Terakhir, pendapatan perhotelan sebesar Rp 37,56 miliar. Manajemen belum memperoleh pendapatan dari segmen ini pada periode sebelumnya. Pendapatan MDLN boleh saja tidak terpengaruh oleh pergerakan BI rate. Tapi, Cuncun mengakui jika BI rate berpotensi untuk mempengaruhi beban bunga yang dimiliki perusahaan. Apalagi, MDLN belum lama ini menerbitkan global bond senilai US$ 150 juta. Emiten properti ini juga baru saja memperoleh pinjaman senilai US$ 45 juta. Dengan Libor sekitar 0,25%, berarti fasilitas kredit yang diperoleh dari Standard Chartered Bank Singapura dan Jakarta ini memiliki bunga 5,25%. Dua sumber pendanaan itu akan digunakan untuk mengakuisisi 51% saham PT Mitra Sindo Sukses (MSS) dan 51% saham PT Mitra Sindo Makmur (MSM) senilai Rp 2,29 triliun. Dua perusahaan ini merupakan pengelola proyek Jakarta Garden City (JGC). "Tapi, ini, kan, di Jakarta yang punya daya beli tinggi," imbuh Cuncun. Lagipula, di atas lahan JGC itu akan dibangun 236 unit rumah dengan bidikan segmentasi pasar menengah ke atas yang cenderung tidak begitu terpengaruh dengan kenaikan BI rate. Informasi saja, satu unit rumah di JGC ini dibanderol dengan harga Rp 2,7 miliar-Rp 2,8 miliar. "BI rate boleh naik, tapi permintaan tetap tinggi. Jadi, enggak begitu ngefek, sehingga tidak ada revisi target," pungkas Cuncun.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Kinerja Modernland tak terjagal BI rate
JAKARTA. Pengembang properti PT Modernland Realty Tbk (MDLN) memastikan kenaikan suku bunga acuan tidak akan berpengaruh pada kinerja perusahaan tahun ini. "BI rate pasti menurunkan permintaan kredit perumahan, tapi kami punya segmen pembeli tersendiri di kawasan Jabodetabek," ujar Cuncun M. Wijaya, Investor Relation MDLN, (19/11). Tidak terpengaruhnya kinerja MDLN bisa ditunjukkan oleh pendapatan perusahaan yang selama ini ditopang dari tiga segmentasi bisnis yaitu real estate & apartemen, lapangan golf & restoran, serta perhotelan. Dari ketiga segmen tersebut, real estate & apartemen menyumbang pendapatan paling tinggi, Rp 1,33 triliun, atau 95% dari pendapatan konsolidasi MDLN, sebesar Rp 1,4 triliun. Pendapatan konsolidasi MDLN sendiri naik 97% dari sebelumnya Rp 714,85 miliar. Meski BI rate sudah naik lima kali sepanjang tahun ini, namun kinerja MDLN pada pos real estate & apartemen itu sendiri juga tetap naik signifikan dari sebelumnya Rp 688,47 miliar pada periode kuartal III 2013. Sementara pendapatan pada segmen golf dan restoran masing-masing sebesar Rp 32,79 miliar, naik 23% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, Rp 26,83 miliar. Terakhir, pendapatan perhotelan sebesar Rp 37,56 miliar. Manajemen belum memperoleh pendapatan dari segmen ini pada periode sebelumnya. Pendapatan MDLN boleh saja tidak terpengaruh oleh pergerakan BI rate. Tapi, Cuncun mengakui jika BI rate berpotensi untuk mempengaruhi beban bunga yang dimiliki perusahaan. Apalagi, MDLN belum lama ini menerbitkan global bond senilai US$ 150 juta. Emiten properti ini juga baru saja memperoleh pinjaman senilai US$ 45 juta. Dengan Libor sekitar 0,25%, berarti fasilitas kredit yang diperoleh dari Standard Chartered Bank Singapura dan Jakarta ini memiliki bunga 5,25%. Dua sumber pendanaan itu akan digunakan untuk mengakuisisi 51% saham PT Mitra Sindo Sukses (MSS) dan 51% saham PT Mitra Sindo Makmur (MSM) senilai Rp 2,29 triliun. Dua perusahaan ini merupakan pengelola proyek Jakarta Garden City (JGC). "Tapi, ini, kan, di Jakarta yang punya daya beli tinggi," imbuh Cuncun. Lagipula, di atas lahan JGC itu akan dibangun 236 unit rumah dengan bidikan segmentasi pasar menengah ke atas yang cenderung tidak begitu terpengaruh dengan kenaikan BI rate. Informasi saja, satu unit rumah di JGC ini dibanderol dengan harga Rp 2,7 miliar-Rp 2,8 miliar. "BI rate boleh naik, tapi permintaan tetap tinggi. Jadi, enggak begitu ngefek, sehingga tidak ada revisi target," pungkas Cuncun.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News