KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Merdeka Copper Gold Tbk (
MDKA) dan PT Merdeka Battery Materials Tbk (
MBMA) memperbaiki kinerja pada semester I-2024. Posisi
bottom line kompak membaik terdongkrak oleh pertumbuhan
top line yang signifikan. MDKA meraup pendapatan sebesar US$ 1,09 miliar dalam enam bulan pertama 2024. Melonjak 110,33% dibandingkan periode yang sama tahun lalu (year on year/YoY) yang kala itu sebesar US$ 520,03 juta. Pendapatan MDKA terdongkrak oleh penjualan emas, perak, katoda tembaga, Nickel Pig Iron (NPI), nikel matte dan bijih nikel limonit. Penjualan kepada pihak ketiga domestik melejit 299,23% (YoY) menjadi US$ 665,85 juta, dan ekspor tumbuh 21,27% (YoY) menjadi 430,09 juta.
Baca Juga: Pendapatan Melejit 162,5%, Merdeka Battery (MBMA) Berbalik Laba US$ 20,39 Juta Secara
bottom line, MDKA memangkas rugi bersih sebanyak 74,59% (YoY) dari US$ 49,21 juta menjadi US$ 12,50 juta hingga Juni 2024. Bergeser ke anak usaha, kinerja bottom line MBMA lebih moncer dengan membalikkan rugi menjadi laba bersih pada paruh pertama tahun ini. MBMA meraih laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk senilai US$ 20,39 juta hingga Juni 2024. Berbalik dari rugi bersih US$ 19,65 juta yang ditanggung MBMA pada semeter I-2023. Hasil itu terdongkrak oleh pendapatan MBMA yang melonjak 162,59% (YoY) dari US$ 350,97 juta menjadi US$ 921,64 juta. Pendapatan MBMA bersumber dari penjualan Nickel Pig Iron (NPI), nikel matte dan bijih nikel limonit. Penjualan NPI meningkat 60,49% (YoY) menjadi US$ 479,50 juta. Kemudian penjualan nikel matte meroket 640,80% (YoY) menjadi US$ 386,70 juta. MBMA juga mulai membukukan penjualan bijih nikel limonit sebesar US$ 55,44 juta pada semester I-2024. Head of Corporate Communications Merdeka Copper Gold, Tom Malik mengungkapkan capaian kinerja MDKA di paruh pertama 2024 terutama terdorong oleh kontribusi lebih besar dari MBMA. Hal ini terjadi karena peningkatan produksi di tambang nikel Sulawesi Cahaya Mineral (SCM) dan hilirisasi yakni Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) dan nikel matte. Ketiga RKEF sudah beroperasi penuh pada semester I-2024. Dalam periode yang sama, produksi emas dan tembaga MDKA juga sesuai rencana. "Digabung dengan harga jual rata-rata yang lebih tinggi, lainnya dari harga emas yang meningkat terus sejak awal tahun," ungkap Tom kepada Kontan.co.id, Selasa (1/10). MDKA dan MBMA pun masih fokus menggarap sejumlah proyek stategis. Emiten tambang mineral yang terafiliasi dengan PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) dan Garibaldi "Boy" Thohir ini memiliki tiga proyek utama yang berpotensi mendongkrak pendapatan.
Baca Juga: Cermati Sejumlah Saham yang Layak Dilirik Jelang Window Dressing Pertama, Proyek Emas Pani di Gorontalo. Tom bilang, pengerjaan proyek ini masih on track untuk mulai beroperasi pada akhir tahun 2025. Kedua, pabrik Acid Iron Metal (AIM) di bawah PT Merdeka Tshingsan Indonesia. "Dalam proses
commissioning dan diharapkan mulai produksi di akhir 2024," kata Tom. Ketiga, fasilitas High Pressure Acid Leach (HPAL) di bawah PT ESG New Energy Material. Proyek ini ditargetkan c
ommissioning pada akhir 2024 dengan kapasitas produksi 20.000 ton per tahun MHP (Mixed Hydroxide Precipitate) yang akan ditingkatkan menjadi 30.000 ton per tahun pada pertengahan 2025. Sembari menggarap ketiga proyek tersebut, Tom optimistis MDKA dan MBMA bisa menjaga momentum pertumbuhan kinerja pada semester II-2024. "Kami optimis dimana target produksi MDKA dan MBMA masih
on track, ditambah dengan
outlook harga mineral dan logam yang optimistis merespons stimulus ekonomi China," tandas Tom. Research Analyst Stocknow.id Emil Fajrizki menyoroti kucuran stimulus ekonomi di China berpotensi menjadi katalis positif bagi MDKA dan MBMA di sisa tahun ini. Lantaran stimulus di Negeri Panda tersebut berpeluang menggerakkan pasar dan mendorong harga komoditas mineral-logam. "Jika China terus memperluas program stimulus, maka harga komoditas tambang seperti tembaga dan nikel bisa menguat, memberikan dorongan bagi kinerja keuangan kedua perusahaan ini," ungkap Emil. Analis RHB Sekuritas Indonesia Fauzan Djamal dan Muhammad Wafi dalam riset terbarunya menilai kinerja MDKA pada semester I-2024 sesuai dengan perkiraan. Ke depan, stimulus di China ikut mendorong prospek yang lebih baik. Hal ini mendukung perkiraan harga nikel tetap terjaga di level US$ 18.000 per ton.
Baca Juga: Simak Rekomendasi Saham ADMR, MBKA dan MBMA untuk Perdagangan Jumat (27/9) Analis Yuanta Sekuritas Alditya Galih Ramadhan menambahkan, kucuran stimulus ekonomi China bisa berdampak pada outlook permintaan terhadap
stainless steel dan bahan material terkait properti. Sementara itu, sentimen pemotongan suku bunga dan geopolitik masih mempengaruhi harga emas sebagai aset
safe haven untuk diversifikasi aset. Sebagai pilihan investasi, Alditya merekomendasikan buy saham MBMA melihat peluang pertumbuhan dari proyek AIM dan HPAL yang akan memperkuat arus kas pada tahun depan. Sedangkan Fauzan dan Wafi merevisi rating MDKA dari sell menjadi buy dengan target harga di Rp 3.100. Emil menyarankan strategi
hold atau
buy on weakness saham MDKA untuk target harga di Rp 2.900. Kemudian strategi
buy on breakout MBMA dengan target Rp 680 per saham.
Secara teknikal, Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana menyarankan strategi
buy on weakness untuk saham MDKA dan MBMA. Bagi saham MDKA, perhatikan support di Rp 2.340, resistance Rp 2.750 untuk target Rp 2.790 - Rp 2.880. Sedangkan support MBMA ada di Rp 555, resistance Rp 615 untuk target harga Rp 635 - Rp 665 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi