Kinerja mumpuni, indeks melesat tinggi



JAKARTA. Untuk pertama kalinya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil bertahan di atas level 4.500. Pada penutupan perdagangan Kamis lalu (8/2), indeks saham Indonesia ini berhasil bertengger di level 4.503,15, rekor tertinggi IHSG sepanjang sejarah. Dengan demikian, bila dihitung sejak awal tahun, berarti IHSG sudah mengalami penguatan sekitar 4,32%.Sejak memasuki Februari ini, pergerakan IHSG memang terhitung dahsyat. Indeks bursa saham Indonesia ini kembali memperbarui rekor tertinggi pertama kali pada penutupan perdagangan Jumat lalu (1/2). Saat itu, IHSG berhasil mencapai level 4.481,63.Setelah itu, IHSG berturut-turut memperbarui rekor penutupan tertingginya. Hanya pada perdagangan Selasa (5/2) IHSG mengalami koreksi. Melesatnya indeks saham dalam negeri ini juga didukung dengan banyaknya dana asing yang mengalir masuk ke pasar saham. Selama Februari ini, investor asing telah membukukan posisi beli bersih dengan nilai Rp 4,52 triliun.Bahkan, pada Kamis lalu, nilai beli bersih investor asing mencapai Rp 2,07 triliun. Ini merupakan nilai pembelian bersih tertinggi investor asing di tahun 2013 ini. "Asing masuk karena melihat outlook yang masih positif," kata Felix Sindhunata, Direktur Henan Putihrai Asset Management. Analis berpendapat, sentimen positif dari rilis kinerja keuangan emiten masih menjadi pendorong utama kenaikan IHSG. Pelaku pasar optimistis laporan keuangan emiten di bursa Indonesia bakal kinclong. "Akumulasi saham muncul setelah laporan keuangan emiten yang sudah lebih dulu dirilis menunjukkan hasil yang di atas ekspektasi pasar,  atau minimal sesuai harapan," ujar Adolf Sutrisno, analis AAA Securities.Sejumlah emiten memang mencatatkan kinerja keuangan yang dahsyat. Misalnya saja, PT Bhakti Investama Tbk. Emiten berkode BHIT ini mengumumkan laba bersih sebelum audit di 2012 mencapai Rp 679 miliar, naik sekitar 178% dibanding realisasi laba bersih diperiode sebelumnya.Faktor mengecilnya defisit neraca perdagangan Indonesia di Desember lalu juga ikut mendongkrak pasar saham Indonesia. Di bulan penutup 2012, defisit neraca perdagangan Indonesia hanya sebesar US$ 155,1 juta. Bandingkan dengan defisit yang dibukukan pada November, yakni US$ 0,6 miliar. "Jadi rupiah mendapat angin segar, sehingga sempat menguat ke sekitar level Rp 9.600," sebut Andy Ferdinand, Kepala Riset Batavia Prosperindo Sekuritas.Tambah lagi, Bank Indonesia juga mulai mengambil aksi nyata untuk meredam tekanan terhadap rupiah. Misalnya, kini bank sentral langsung memasok kebutuhan dollar Amerika Serikat (AS) untuk Pertamina dan PLN.Yang paling anyar, bank sentral juga melarang bank nasional bertransaksi di pasar non deliverable forward (NDF) di Singapura. "Dengan demikian kekhawatiran akan pelemahan nilai tukar rupiah lebih lanjut sekarang sudah berkurang," tambah Andy (baca halaman 9).Berpeluang menuju level 4.600Sampai kapan kenaikan IHSG bakal bertahan? Para analis meramal, IHSG masih bakal mencetak rekor tertinggi baru. Indeks saham masih berpeluang terus melanjutkan kenaikan, setidaknya sepanjang kuartal satu tahun ini.Alasannya, sentimen positif dari pengumuman kinerja keuangan emiten sepanjang 2012 masih bakal terasa. Maklumlah, saat ini masih belum banyak emiten yang mengumumkan laporan keuangan.Pelaku pasar terutama akan menunggu laporan keuangan dari emiten-emiten blue chips, seperti PT Astra International Tbk, PT Indofood Sukses Makmur Tbk dan PT Unilever Indonesia Tbk. Adolf memperkirakan, IHSG berpotensi terus naik hingga Maret 2013 mendatang.Analis Minna Padi Securities Andre Setiawan menghitung, selama Februari ini IHSG akan bergerak di kisaran 4.525-4.558. Jadi, indeks saham merah putih ini akan tetap bertahan di atas level 4.500.Bahkan, Andre menyebutkan, IHSG berpotensi mencapai level 4.600 dengan katalis pengumuman kinerja keuangan tersebut. "Tapi, kalau ada masalah dari Amerika dan Eropa, pelaku pasar pasti melupakan rilis kinerja," beber Andre.Meski begitu, para analis menilai saat ini masih tidak ada ancaman berarti dari eksternal. Pemerintah AS sudah memutuskan untuk mengundurkan pembahasan debt ceiling hingga Mei 2013 mendatang.Sementara dari Eropa, analis memperkirakan pasar bakal terpengaruh pelaksanaan pemilihan umum di Italia yang digelar tanggal 24 dan 25 Februari mendatang. Meski begitu, dampaknya diperkirakan tidak akan terlalu signifikan.Para analis juga mengingatkan ada kemungkinan IHSG mengalami koreksi, karena pelaku pasar melakukan aksi ambil untung. Maklumlah, saat ini IHSG sudah naik cukup tinggi dalam waktu yang relatif cukup singkat. Namun, koreksi yang terjadi kemungkinan tidak akan terlalu dalam.Tapi, Adolf memberi catatan, IHSG bisa saja mengalami koreksi dalam bila ada sentimen negatif dari data-data ekonomi global yang buruk. "Pasar biasanya menggunakan data-data ekonomi sebagai alasan untuk melakukan koreksi," sebut dia.Dalam hitungan Andre, bila IHSG mengalami koreksi, IHSG berpotensi menuju level support di 4.400. Tapi selama indeks saham regional dan global masih bullish, Andre yakin IHSG juga masih dalam tren bullish.Selain itu, Felix menyebutkan faktor inflasi juga bisa mempengaruhi pergerakan IHSG di Februari ini. Sekadar menyegarkan ingatan, inflasi Indonesia di Januari lalu mencapai 1,03%, sebagai akibat curah hujan yang tinggi mempengaruhi harga komoditas utama, seperti beras dan cabai. Asal tahu saja, ini adalah inflasi Januari tertinggi sejak 2008.Felix menuturkan, tingkat inflasi kemungkinan masih akan tinggi sepanjang Februari ini, karena curah hujan diperkirakan masih akan tinggi. Hal ini berpotensi menjadi sentimen negatif bagi IHSG. Untuk informasi, pemerintah sendiri mematok besaran inflasi tahun ini di kisaran 4,5%-5%.Oleh karena itu para analis tetap merekomendasikan investor menggunakan strategi trading untuk mengamankan cuan. Selain itu, investor sebaiknya membeli saham ketika harganya sudah mencapai support (buy on weakness).Analis Batavia Prosperindo Sekuritas Parningotan Julio memberi rekomendasi saham yang masih menarik untuk dikoleksi antara lain saham BBCA. Ia menyarankan investor bisa mengoleksi saham ini di kisaran Rp 9.850 - Rp 9.900, dengan target harga Rp 10.200.Parningotan juga merekomendasikan investor membeli saham INDF di level Rp 6.450. Untuk SMGR, investor bisa masuk di level Rp 16.000.Selain faktor-faktor dari dalam negeri, pelaku pasar juga perlu mencermati sentimen dari luar negeri. Silakan simak pendapat analis soal sentimendari pasar global di halaman selanjutnya. Setelah itu, baru tentukan sikap Anda.***Sumber : KONTAN MINGGUAN 20 - XVII, 2012 Laporan Utama

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Imanuel Alexander