KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT PP Presisi Tbk (
PPRE) cetak kinerja positif hingga kuartal III-2022. Anak usaha PT PP (Persero) Tbk (
PTPP) ini membukukan laba bersih sebesar Rp 144,5 miliar di sembilan bulan pertama 2022. Realisasi tersebut membuat laba bersih PPRE tumbuh 34,5% jika dibandingkan kuartal III-2021 yang hanya Rp 107,4 miliar. Pertumbuhan laba itu seiring kenaikan pendapatan. Di mana, pendapatan PP Presisi capai 40,1% YoY menjadi Rp 2,6 triliun. Pada kuartal III-2021, pendapatan PPRE sebesar Rp 1,8 triliun.
Peningkatan tersebut, mayoritas berasal dari proyek-proyek infrastruktur maupun jasa pertambangan, masing-masing sebesar 63,5% dan 27,3%. Sedangkan untuk lini bisnis
supporting yaitu pada
structure work, production plant dan
rental equipment total kontribusi pendapatan sebesar 9,2%. Direktur Keuangan PPRE Arif Iswahyudi memaparkan, proyek-proyek infrastruktur tersebut terdiri dari Proyek Jalan Tol Cinere-Jagorawi, Proyek Jalan Tol Indrapura-Kisaran, Proyek Peningkatan Jalan Empunala, Proyek Bandara Kediri, Proyek Revitalisasi Bandara Halim, Proyek Tol Cisundawu dan Proyek Kawasan Industry Batuta. "Pendapatan juga didukung peningkatan kinerja operasional pada proyek-proyek jasa pertambangan salah satunya berasal dari Proyek Weda Bay,” kata dia, Selasa (1/11).
Baca Juga: PPRE Percepat Penyelesaian Proyek Pembangunan Jalan Tol Cinere – Jagorawi Seksi III Arif menambahkan, pendapatan dari segmen usaha jasa pertambangan berkontribusi sebesar Rp 720,6 miliar, tumbuh signifikan dari kuartal III-2021 yang sebesar Rp 32,6 miliar. Hal ini mendorong optimisme PPRE sebagai sumber
recurring income di masa depan. "Kami juga membukukan laba
joint venture atas proyek pembangunan Bandara Dhoho Kediri yang berasal dari entitas anak kami, LMA sebagai kontraktor utama sekaligus menjadi
lead of consortium sebesar Rp 21,4 miliar pada triwulan ketiga ini,” tambah Arif. Untuk fundamentalnya, total asset PPRE meningkat 10% menjadi Rp 7,74 triliun dibandingkan September 2021 sebesar Rp 7,02 triliun. Ini seiring dengan pembiayaan belanja modal pembelian alat berat yang digunakan untuk mendukung proyek jasa pertambangan. Beberapa rasio keuangan, terutama untuk rasio
leverage juga mengalami pergerakan, seperti
debt service ratio bergerak dari 1,13 pada Desember 2021 menjadi 2,11 di September 2022. EBITDA
to interest coverage dari 4,7 menjadi 4,9, dan DER
interest bearing dari 0,72 menjadi 0,78. Total
debt meningkat 13,1% dari sebesar Rp 2,15 triliun pada Desember 2021 menjadi Rp 2,4 triliun per September 2022. Hal itu seiring dengan penambahan utang obligasi yang digunakan untuk pembelian alat berat untuk mendukung proyek jasa pertambangan.
"Namun kami tetap menjaga
current ratio tetap meningkat dari 1,19 menjadi 1,34," tegas Arif. Dijelaskannya, posisi keuangan PPRE juga mengalami penguatan. Ditandai dengan peningkatan rasio profitabilitas pada rasio ROA meningkat 19,25% dari 2% menjadi 2,5% serta ROE meningkat 25,9% dari 4,9% menjadi 6,2%. "Peningkatan kinerja maupun perolehan kontrak baru pada segmen usaha jasa pertambangan, kami harapkan dapat terus meningkat pada triwulan berikutnya dan menjadi sumber
recurring income yang dapat meningkatkan pertumbuhan berkelanjutan”, tutup Arif. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari