KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja obligasi korporasi lebih unggul dari kinerja obligasi pemerintah di kuartal I-2022. Pemulihan ekonomi jadi penyokong kinerja obligasi korpoasi tumbuh positif. Mengutip laman Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI), Indobex Government Total Return yang menggambarkan imbal hasil obligasi pemerintah turun 0,18% sejak awal tahun hingga Jumat (1/4). Sementara, imbal hasil obligasi korporasi yang tercermin dalam Indobex Corporate Total Return tumbuh 1,29% di periode yang sama. Head of Fixed Income Bank Negara Indonesia (BNI) Fayadri mengatakan, obligasi korporasi menunjukkan kinerja yang tinggi dibanding obligasi pemerintah karena dipengaruhi proyeksi dan harapan pemulihan ekonomi seiring makin menurunnya kasus Covid-19.
Selain optimisme pemulihan ekonomi, imbal hasil yang biasanya obligasi korporasi tawarkan lebih tinggi dari obligasi pemerintah. Faktor tersebut juga menjadi faktor utama yang mendukung peningkatan
risk appetite investor untuk memegang obligasi korporasi.
Baca Juga: Obligasi Korporasi Dicari, Imbal Hasil Pun Melesat Tinggi Fayadri memperkirakan, keunggulan kinerja obligasi korporasi bakal berlanjut ke kuartal II-2022. Sentimen yang mempengaruhi adalah sampai saat ini Bank Indonesia (BI) belum menaikkan suku bunga acuan. Sementara, The Federal Reserve (The Fed) sudah menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin. Namun, dengan memperhatikan tekanan inflasi domestik dan nilai tukar rupiah yang terkendali, sementara ini BI diproyeksikan masih akan menahan suku bunga. Alhasil tingkat imbal hasil yang ditawarkan pasar obligasi masih akan menarik. Apalagi bagi investor yang mencari yield melalui investasi berbunga tinggi pada obligasi korporasi. Sejalan dengan makin membaiknya ekonomi, korporasi akan melakukan ekspansi dan penerbitan obligasi adalah salah satu strategi yang lazim ditempuh. Selama kupon yang ditawarkan oleh emiten lebih tinggi dibanding obligasi pemerintah, maka minat investor pada obligasi korproasi aka terjaga. Apalagi, jika penerbit memiliki fudamental dan rating yang bagus. Mengenai proyeksi return di pasar obligasi secara umum, Fayadri melihat, seiring dengan proyeksi kenaikan suku bunga acuan di tahun ini, diperkirakan imbal hasil obligasi akan mengalami tekanan yang cukup berat. Apalgi, titik terang penyelesaian konflik Rusia-Ukraina belum ada. "Tekanan yang dialami pasar obligasi tahun ini berpotensi lebih besar dari tahun lalu yang hanya dihanui kebijakan tapering The Fed saja," kata Fayadri. Tekanan pada pasar obligasi juga tergambar dari yield US Treasury yang menjadi barometer utama investasi di pasar surat utang, terus meningkat. Bahkan, di 25 Maret yield US Treasury tenor 10 tahun sempat meyentuh level 2,47%.
Sementara, saat ini yield obligasi pemerintah tenor 10 tahun berada di 6,73%. Sedangkan, yield obligasi korporasi dengan rating AAA berada di 8,06%. Dengan dibayangi potensi kenaikan suku bunga lanjutan oleh The Fed serta langkah penyesuaian BI maka yield obligasi pemerintah dan korporasi akan naik. "Tinggi rendahnya kenaikan yield tersebut bergantung pada seberapa agresifnya bank sentral dalam menaikkan suku bunga," kata Fayadri.
Baca Juga: Imbal Hasil Obligasi Syariah Lebih Unggul dari Obligasi Konvensional Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat