KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pergantian dua Dewan Gubernur BI akan dimulai April 2018. Itu diawali dari habisnya masa kerja Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo pada 15 April. Sebulan kemudian, 24 Mei giliran Gubernur BI Agus Martowardojo yang harus lengser. Presiden Joko Widodo (Jokowi) akan mengusulkan sejumlah nama ke DPR RI untuk dilakukan uji kepatutan dan kelayakan (
fit and proper test). Sumber KONTAN menyebut, dua nama setidaknya telah disiapkan Jokowi untuk menggantikan Agus, yakni Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) Bambang Brodjonegoro dan Mantan Menteri Keuangan Chatib Basri. Namun, para ekonom menilai kepemimpinan Agus dibantu Perry dan rekan-rekannya masih layak dilanjutkan. Di bawah kepemimpinan Agus, BI berhasil menjaga stabilitas ekonomi dalam negeri.
Awal kepimpimpinan, Agus mengeluarkan kebijakan moneter yang berlawanan dengan era sebelumnya. Agus berturut-turut menaikkan suku bunga acuan saat itu BI rate dari 5,75% pada Mei 2013 menjadi 6% pada Juni, Juli naik lagi jadi 6,5%, dan berlanjut hingga 7,5% pada November. Namun, tahun kedua kepimpinan Agus, BI berhasil menjaga stabilitas moneter. Bahkan dalam tiga tahun terakhir, inflasi stabil, kurs rupiah juga stabil di kisaran Rp 13.400 per dollar AS. Ekonom Maybank Indonesia Juniman menganalisa, Dewan Gubernur BI juga berhasil membawa ekonomi Indonesia keluar dari tekanan. Peran BI dalam mengawal perbaikan ekonomi pun membuahkan hasil, meski tidak secepat dugaan awal. "Rupiah sempat Rp 9.000 per dollar AS, tetapi sekarang kondisinya berbeda. Dengan tekanan pengetatan moneter AS dan global, BI bisa bawa rupiah lebih
smooth pelemahannya," kata Juniman, Kamis (18/1). BI juga berhasil menjaga rupiah melalui intervensi di pasar uang, valas, bahkan pasar obligasi. Intervensi di pasar obligasi juga membantu pemerintah dalam meringankan beban bunga utang dengan menjaga pergerakan imbal hasil (
yield). "BI juga berperan dalam ekonomi mikro melalui fasilitas kredit untuk pengusaha mikro dari perbankan. Defisit transaksi berjalan juga di bawah 3% dari PDB," jelas Juniman. Ke depan, yang menjadi tantangan Dewan Gubernur BI menurut Juniman adalah melanjutkan sinkronisasi bauran kebijakan. Itu terutama antara kebijakan moneter dengan makroprudensial. Kebijakan mokroprudensial BI harus segera dilengkapi dengan kebijakan moneternya. "Misalnya suku bunga turun, makroprudensialnya harus mengikuti. Kalau tidak, dampaknya tidak cepat seperti sekarang ini," kata Juniman.
BI pernah mewacanakan relaksasi kebijakan
loan to value (LTV). Namun hingga kini belum diterbitkan. Juniman khawatir, jika BI terlalu lama menunggu maka akan kehilangan momentum. Ekonom Bank Permata Josua Pardede juga mengatakan, BI berhasil menjalankan fungsi menjaga inflasi dan rupiah. "Tidak ada bank sentral lain yang dua tahun terakhir justru memangkas suku bunga," kata Josua. Josua pun menegaskan, Agus masih layak untuk kembali menempati kursi BI 1. Hal itu didasarkan atas kompetensi dan capaian yang telah dilakukan. Josua juga mengatakan, BI di bawah kepemimpinan Agus berhasil melakukan komunikasi mengenai kebijakan-kebijakannya dengan baik untuk menghindari asimetris informasi, termasuk dengan pemerintah khususnya kementerian atau lembaga. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Dupla Kartini