Kinerja reksadana pendapatan tetap tertekan



JAKARTA. Tren kenaikan suku bunga acuan alias BI rate kian menggerus kinerja reksadana pendapatan tetap. Manajer investasi (MI) harus menunggu momentum pembalikan arah agar kinerja kembali membaik.

Rudiyanto, Head of Operation & Business Development PT Panin Asset Management menjelaskan, kenaikan suku bunga melambungkan yield obligasi. Dampaknya, harga obligasi cenderung turun dan ujung-ujungnya, kinerja reksadana pendapatan tetap tertekan. Maklum, reksadana jenis ini beraset dasar obligasi.

Hingga akhir tahun, prospek reksadana pendapatan tetap masih sulit meninggalkan zona negatif. Kalaupun bisa membaik, diperkirakan tidak akan signifikan.


Rudy memprediksi, inflasi di bulan ini masih di kisaran 1%. Selanjutnya, akan terjadi deflasi pada bulan Oktober karena memasuki musim panen. Jika inflasi berangsur melandai, suku bunga dapat kembali diturunkan. Ini memicu kinerja reksadana pendapatan tetap akan membaik.

Selain faktor inflasi, kinerja obligasi juga dipengaruhi oleh pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS. Meski begitu, jika tetap mengacu pada tujuan investasi jangka panjang sekitar satu hingga tiga tahun, investor dapat memetik keuntungan saat pembalikan arah terjadi.

Mengutip data PT Infovesta Utama per 28 Desember 2013-13 September 2013, kinerja reksadana pendapatan tetap Panin Dana Utama Plus-2 mencatatkan return minus 13,58%. Kinerja ini masih di bawah kinerja rata-rata reksadana pendapatan tetap yang minus 5,29%. Reksadana pendapatan tetap lainnya yaitu Panin Gebyar Indonesia II membukukan return minus 19% di periode sama.

Masuk bertahap

Kadiv Investasi PT BNI Asset Management, Abdullah Umar Baswedan menambahkan, saat tren kenaikan suku bunga masih berlangsung, kinerja reksadana pendapatan tetap dengan aset dasar obligasi berdurasi panjang paling tertekan. Sebaliknya, aset dasar berupa obligasi berdurasi di bawah tiga tahun lebih tahan terhadap koreksi.     

Maka itu, BNI mengantisipasi tren kenaikan suku bunga ini dengan menempatkan portofolio di obligasi bertenor antara satu hingga tiga tahun.Sepanjang tren kenaikan BI rate beberapa bulan terakhir, yield surat utang negara (SUN) seri benchmark sudah naik antara 2%-3%. Sementara, harga obligasi turun hingga 15%. Menurut Abdullah, potensi BI menaikkan suku bunga masih terbuka hingga akhir tahun.     

Abdullah menyarankan investor bisa masuk bertahap pada akhir tahun. Sebab, awal tahun depan diperkirakan inflasi mulai mereda, sehingga suku bunga akan diturunkan kembali. “Jika masuk pada akhir tahun, investor  bisa menikmati keuntungan saat return reksadana pendapatan tetap mulai membaik di tahun depan,” imbuh dia.     

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini