Kinerja perusahaan migas bergantung harga minyak



JAKARTA. Menurunnya harga minyak hingga di awal paruh kedua tahun ini membawa kecemasan bagi para pelaku industri migas. Pasalnya, sejumlah pengamat memprediksi harga minyak tidak akan bergerak naik hingga akhir tahun dan masih akan bergerak stagnan. Anggota Board of Director Indonesian Petroleum Association (IPA), Sammy Hamzah mengatakan berdasarkan analisis para ahli, harga minyak hingga akhir tahu tidak akan banyak berubah dengan kondisi harga yang ada sekarang. Dia pun memprediksi harga minyak akan berada di kisaran US$ 55 - US$ 60 per barel. Dengan harga minyak dunia yang stagnan tersebut, maka tidak heran jika kinerja perusahaan migas hingga akhir tahun diprediksi akan mengalami penurunan. Sammy bilang saat harga minyak menurun di bulan Juni lalu, pengaruhnya sudah terlihat sangat signifikan. "Pengeboran berkurang, investasi ketat, proyek-proyek dengan nilai ekonomi yang tanggung akan ditunda karena adanya penurunan harga minyak tersebut. Bahkan sekarang telah sampai tahapan pengurangan pegawai di perusahaan migas," ujarnya kepada KONTAN, Senin (6/7). Sepanjang semester II pun dia memprediksi akan banyak kegiatan pengeboran minyak dan gas yang dikurangi. Hal tersebut sangat terkait dengan harga minyak dan pandangan para investor dalam menghadapi fluktuasi harga minyak global saat ini. Untuk itu, Sammy menyebut hingga akhir tahun jika perusahaan migas dalam negeri masih mampu menunjukkan kinerja yang stagnan sudah merupakan pencapaian yang cukup bagus. Pasalnya, secara otomatis para investor akan memperketat investasinya di industri migas hingga akhir tahun 2015 yang membuat perusahaan migas cenderung mengalami penurunan kinerja. "Menurut saya, pertumbuhan bisnis perusahaan migas di akhir tahun tidak ada bahkan cenderung menurun. Sudah mampu bertahan saja sudah syukur," kata Sammy.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Hendra Gunawan