Kinerja PGAS terimbas kondisi makro



KONTAN.CO.ID - Lesunya perekonomian global maupun regional membuat permintaan gas dari pelaku industri menurun. Kondisi ini turut memberikan efek negatif bagi PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS).

Akibat kondisi tersebut, distribusi gas PGAS sepanjang semester I 2017 tercatat 749 MMscfd. Angka ini turun 6% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.

Beruntung, PGAS memiliki bisnis yang terintegrasi. Sehingga, emiten pelat merah tersebut masih mampu menjaga rata-rata harga jual atau average selling price (ASP) gasnya.


ASP gas PGAS naik 2% year on year (yoy) jadi US$ 8,59/MMBtu dari sebelumnya US$ 8,42/MMBtu pada semester I tahun lalu.

Meski tidak signifikan, namun setidaknya kenaikan tersebut membuat pendapatan PGAS tidak turun terlalu dalam. Semester I 2017, pendapatan PGAS turun 4% jadi US$ 1,41 miliar dari sebelumnya US$ 1,44 miliar.

“Tahun ini merupakan tahun yang penuh tantangan bagi PGN, terutama akibat dampak dari masih melambatnya perekonomian global," ujar Rachmat Hutama, Sekretaris Perusahaan PGAS dalam keterangan resminya yang ditermia KONTAN, Kamis (31/8).

Pada saat yang bersamaan, PGAS juga tertekan oleh kebijakan pemerintah. Atas alasan meningkatkan pertumbuhan dan daya saing nasional, pemerintah menerbitkan Peraturan Presiden (PP) No. 44/2017 tentang Penetapan Harga Gas Bumi.

Beleid tersebut meminta industri untuk menurunkan harga gas dengan patokan US$ 6 per Million Metric British Thermal Unit (MMBTU). Namun, penurunan harga gas itu tidak diselingi dengan kenaikan tarif pengangkutan gas bumi atau toll fee.

Sejumlah pembangunan infrastruktur yang diharapkan mampu mendongkrak kinerja PGAS juga belum sepenuhnya membuahkan hasil. Akibatnya, PGAS harus menanggung kenaikan beban pokok sebesar 11% yoy jadi US$ 1,03 miliar dari sebelumnya US$ 993,12 miliar.

Selain itu, beban distribusi dan transmisi sebesar 13% yoy) jadi US$ 101,73 juta dari sebelumnya US$ 90,25 juta.

Beban keuangan PGAS juga meningkat. Sepanjang paruh waktu tahun ini, PGAS mencatat beban keuangan US$ 77,14 juta, naik sekitar 19% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, US$ 65,02 juta.

Dengan adanya tekanan-tekanan itu, laba bersih PGAS pada akhirnya tergerus. Laba bersih PGAS tercatat US$ 50,29 juta, susut hingga 67% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, US$ 152,45 juta.

Pada semester I 2017 infrastruktur pipa gas PGAS bertambah sepanjang lebih dari 59 kilometer (km). Sehingga, saat ini panjang pipa gas perusahaan mencapai lebih dari 7.337 km atau setara dengan 80% pipa gas bumi hilir nasional.

Saat ini PGAS tengah mengerjakan pembangunan proyek infrastruktur diantaranya Distribusi Dumai, Transmisi Duri – Dumai, pengembangan jaringan Gresik-Lamongan-Tuban, pengembangan jaringan di Pasuruan, pengembangan jaringan Senayan City-Pondok Indah Mall, kawasan industri di Bekasi dan Tangerang.

"Di tengah banyaknya tantangan bisnis saat ini, kami tetap berkomitmen membangun dan memperluas infrastruktur gas nasional," tegas Rachmat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto