Kinerja produsen rokok tetap mengepul tinggi



JAKARTA. Kinerja para produsen rokok pada semester I-2013 mencatat kinerja yang cemerlang. Lihat saja, pada paruh pertama tahun ini, PT Wismilak Inti Makmur Tbk (WIMM) membukukan penjualan bersih Rp 806,08 miliar, naik 66,4% ketimbang periode yang sama tahun lalu.

Sementara itu, PT Gudang Garam Tbk membukukan pendapatan Rp 26,63 triliun pada semester I-2013 naik 13,07% dari periode yang sama tahun 2012 sebesar Rp 23,55 triliun. Kenaikan penjualan ini ditopang oleh pertumbuhan volume penjualan rokok dan kenaikan harga jual.

Seiring dengan kenaikan pendapatan, laba perusahaan rokok juga semakin moncer. Pada semester I-2013, Wismilak mampu mencetak laba bersih Rp 79,14 miliar, naik 103,07% ketimbang periode yang sama tahun lalu. Sementara itu, Gudang Garam mampu mencetak laba bersih Rp 2,20 triliun pada semester I-2013. Angka ini tumbuh 4,76% dari semester I-2012.


Sekretaris Perusahaan PT Wismilak Inti Makmur Tbk, Surjanto Yosaputera menuturkan, sepanjang semester I-2013, volume penjualan rokok perusahaan mencapai 1,45 miliar batang, naik 70,5% dari semester I-2012 yang sebanyak 850 juta batang.

Surjanto merinci, produksi rokok sigaret kretek mesin (SKM) sebanyak 1,23 miliar batang atau sekitar 85% dari total produksi. Sedangkan sisanya sekitar 2,17 juta batang atau 15% dikontribusi oleh penjualan sigaret rokok tangan (SKT).

Hingga akhir 2013, Wismilak berharap bisa meraup pendapatan Rp 1,6 triliun, naik dari tahun 2012 yang sebesar Rp 1,12 triliun. Sementara itu, hingga akhir tahun ini, WIMM menargetkan bisa meraup laba bersih Rp 120 miliar. Surjanto bilang, penopang pendapatan Wismilak terbesar bakal berasal dari penjualan rokok Diplomat dan Galant. Selain volume penjualan meningkat, kenaikan pendapatan perusahaan berkode emiten WIMM ini juga ditopang oleh kenaikan harga jual rokok. Tapi, "Kenaikan harga jual tergantung merek. Rata-rata kenaikan harga rokok kami selama semester I-2013 sekitar 15%," ujar Surjanto pada KONTAN, Selasa (30/7).

Menurut Surjanto, kenaikan harga jual ini dilakukan untuk mengantisipasi kenaikan tarif cukai rokok. Maklum saja, produksi SKM Wismilak ke depan akan meningkat menjadi 2 miliar batang per tahun. Artinya, tarif cukai rokoknya pun bakal meningkat ke golongan I. Saat ini, WIMM masih membayar tarif cukai golongan II.

Kenaikan harga jual rokok berfungsi menjaga agar margin laba tidak tergerus ketika tarif cukai naik seiring kenaikan golongan cukai rokok. Surjanto mencontohkan, cukai rokok untuk Diplomat Mild yang saat ini ada di golongan II sekitar Rp 245 per batang akan naik menjadi Rp 355 per batang jika masuk ke golongan I.

Wismilak juga terus menggenjot pangsa pasar rokok jenis mild. Maklum saja, sejak September tahun lalu, perusahaan itu mulai merilis rokok jenis ini. "Kontribusi rokok mild yang semula tidak ada, tahun ini kontribusinya cukup signifikan," ujar Surjanto.

Saat ini, pangsa pasar Wismilak masih kecil, yakni sekitar 1% dari total pangsa pasar rokok nasional. Bandingkan dengan Gudang Garam yang menguasai sekitar 20% pangsa pasar, PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) menguasai 31%, dan PT Djarum 20%. Adapun, PT Bentoel International Investama Tbk (RMBA) menguasai 9% pangsa pasar

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi