KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Reksadana pasar uang dinilai masih layak menjadi pilihan investasi bagi para investor sebagai instrumen jangka pendek. Kinerja reksadana ini pun masih bisa tumbuh secara positif hingga akhir tahun nanti. Sebagai catatan, Infovesta Money Market Fund Index yang menjadi acuan kinerja rata-rata reksadana pasar uang mengalami kenaikan 1,29% (ytd) per akhir Maret lalu. Angka ini sebenarnya paling rendah bila dibandingkan dengan kinerja reksadana lainnya. Kendati demikian, Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana memandang, kinerja rata-rata reksadana pasar uang masih cukup menjanjikan.
Ia pun memperkirakan, apabila suku bunga acuan terus stagnan atau baru turun di pengujung tahun nanti, kinerja rata-rata reksadana pasar uang dapat tumbuh sekitar 5%. Salah satu katalis positif yang dapat mendorong kenaikan kinerja reksadana pasar uang adalah tren kenaikan harga Surat Utang Negara (SUN). Tren ini terjadi pada semua seri SUN, termasuk seri bertenor pendek yang biasa menjadi aset dasar reksadana pasar uang. Alhasil, sentimen ini dapat mendongkrak kinerja reksadana pasar uang yang aset dasar portofolionya didominasi oleh SUN bertenor pendek secara signifikan. Namun, Wawan menekankan, dampak masif baru bisa dirasakan oleh reksadana pasar uang yang sudah memiliki SUN jangka pendek sejak beberapa waktu lalu. Atau dengan kata lain, ketika yield instrumen ini masih berada di level yang tinggi. Sebab, ketika pasar dalam kondisi rally, potensi kenaikan harga SUN tersebut akan lebih optimal. “Kalau manajer investasi baru memiliki SUN seperti sekarang ini, mungkin belum akan berpengaruh besar terhadap performa reksadana pasar uangnya,” ujarnya, Selasa (9/4). Direktur Panin Asset Management Rudiyanto menilai, obligasi korporasi tenor pendek juga bisa menjadi penopang utama kinerja reksadana pasar uang. Selain menjanjikan kupon yang lebih besar dibandingkan SUN, risiko volatilitas obligasi korporasi juga lebih minim lantaran instrumen ini jarang diperdagangkan di pasar sekunder. “Yang terpenting manajer investasi tetap memperhatikan aspek peringkat utang dan rekam jejak kinerja ketika memilih obligasi korporasi,” sebutnya. Di samping itu, reksadana pasar uang yang mengandalkan deposito sebagai aset dasar portofolionya sebenarnya juga masih berpeluang meraih cuan. Pasalnya, suku bunga acuan diperkirakan belum akan turun dalam waktu dekat. Kondisi ini membuat tingkat suku bunga deposito perbankan masih akan berada di level yang tinggi, terutama untuk bank-bank yang berasal dari BUKU II ke bawah.
Rudiyanto melihat, walau bank-bank BUKU I dan BUKU II menawarkan tingkat deposito yang lebih tinggi, namun risiko yang dihadapi juga jauh lebih besar, terutama dari sisi likuiditas. Likuiditas termasuk hal yang penting untuk diperhatikan. Ini mengingat reksadana pasar uang merupakan instrumen jangka pendek yang umumnya digunakan oleh investor yang membutuhkan likuiditas tinggi. “Makanya kami sangat selektif ketika ingin menjadikan deposito bank BUKU II sebagai aset reksadana pasar uang,” ujar Rudiyanto. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto