KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rekasadana Batavia USD Balanced Asia milik PT Batavia Prosperindo Aset Manajemen mencatatkan kinerja di atas rata-rata berkat pemilihan aset saham yang tepat. Berdasarkan data Infovesta Utama, per 21 Juni, kinerja reksadana dengan denominasi dollar AS ini mencatat
return 9% dalam setahun terakhir. Kinerja tersebut mengungguli kinerja rata-rata reksadana campuran yang tercermin dalam Infovesta Balanced Fund Index yang tumbuh 3,95% di periode yang sama. Yulius Manto, Direktur Batavia Prosperindo mengatakan kinerja reksadana yang meluncur sejak 13 Desember 2010 ini unggul karena terdorong dari aset saham. Racikan saham yang dipilih terpadu antara saham
big cap, medium cap, dan
small cap. Dalam memilih saham di
medium cap dan
small cap, Yulius menggunakan pemilihan saham secara
bottom up. "Saham
medium dan
small cap masih oke hanya
bottom up pemilihan dan analisa memang kami lakukan secara lebih mendalam sehingga
return bisa memuaskan," kata Yulius, Jumat ( 21/6). Berdasarkan
fund fact sheet per Mei 2019, portofolio reksadana yang memiliki dana kelolaan US$ 10,5 juta ini menempatkan 19,11% aset di pasar uang, 62,01% di obligasi pemerintah dan 18,88% di saham. Melihat kondisi makroekonomi dalam negeri maupun global, Yulius optimistis obligasi pemerintah berdenominasi dollar AS dengan tenor panjang mampu menyumbang pertumbuhan kinerja pada reksadana ini. Yulius tertarik mengoleksi obligasi pemerintah tenor panjang karena ada ekspektasi di akhir tahun dan tahun depan suku bunga AS akan turun.
Head of Research & Consulting Service Infovesta Utama Edbert Suryajaya mengatakan, reksadana dengan denominasi dollar AS cocok bagi investor yang memang memiliki kebutuhan dana dalam bentuk dollar AS. Setelah surat utang dalam negeri mengalami kenaikan rating dari Standard & Poor's (S&P) dan tren penurunan suku bunga AS semakin terang, aliran dana asing yang masuk ke pasar obligasi cenderung bertambah. Hal ini bisa berdampak positif bagi nilai tukar rupiah dan berdampak negatif bagi investor reksadana denominasi dollar AS yang memiliki kebutuhan dalam rupiah karena akan terkena risiko rugi kurs. Edbert memproyeksikan reksadana yang memiliki porsi aset di obligasi pemerintah berpotensi catatkan
return 7%-8% di tahun ini.
Tahun ini, Yulius menargetkan dana kelolaan Batavia tumbuh menjadi Rp 48 triliun. Per akhir Mei, Yulius mengatakan dana kelolaan ditutup pada Rp 44,16 triliun. Jumlah tersebut tumbuh Rp 2,6 triliun dari jumlah dana kelolaan di akhir tahun lalu Rp 41,56 triliun. Yulius optimistis target dana kelolaan bisa tercapai karena kondisi pasar modal ke depan akan membaik. Selain itu, dana kelolaan akan tumbuh karena terbantu dengan adanya dua produk reksadana baru yang baru saja meluncur pada kuartal I 2019. Kedua produk tersebut adalah, reksadana indeks Batavia IDX 30 ETF yang per akhir Mei dana kelolaannya mencapai Rp 438 juta. Kedua, reksadana Batavia Sri Kehati ETF yang di periode yang sama jumlah dana kelolaan sebesar Rp 6,6 miliar. Sedikit bocoran, di kuartal III 2019, Batavia Prosperindo Aset Manajemen akan mengeluarkan reksadana saham baru. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati