Kinerja reksadana campuran lebih oke ketimbang IHSG



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja reksadana campuran masih lesu pada semester pertama lalu. Maklum saja, pasar saham serta pasar obligasi Indonesia tengah bergejolak. Manajer investasi kembali mencermati pemilihan aset portofolio reksadana campurannya, agar kinerja tetap bisa stabil.

Berdasarkan data Infovesta Utama, rata-rata imbal hasil reksadana campuran turun 3,95% sepanjang semester I-2018 lalu, sebagaimana terlihat dari pergerakan Infovesta Balance Fund Index. Tapi, di periode yang sama, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun 8,76%. Sementara Indonesia Composite Bond Index (ICBI) merosot 4,14%.

Direktur Panin Asset Management Rudiyanto mengatakan, sebagian besar reksadana campuran yang beredar di Indonesia memiliki porsi saham besar. Alhasil, ketika IHSG terkoreksi cukup dalam, kinerja reksadana tersebut bakal tergerus.


Ia menambahkan, kalau pun ada beberapa produk reksadana campuran yang masih mencetak kinerja optimal, besar kemungkinan reksadana tersebut memiliki porsi obligasi yang besar, khususnya obligasi korporasi. Sebab, obligasi korporasi memiliki kupon yang lebih tinggi dari obligasi pemerintah, dengan volatilitas minim.

Selain itu, ada beberapa reksadana campuran yang menitikberatkan pada investasi deposito. Kinerja reksadana campuran yang menggunakan pendekatan tersebut relatif terjaga karena koreksi pasar tidak terlalu berdampak. Apalagi, deposito diuntungkan oleh kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia.

Kendati begitu, mengubah porsi efek saham, obligasi, dan pasar uang dalam reksadana campuran bukan perkara mudah, walau instrumen tersebut bersifat fleksibel. Sebab, tiap reksadana campuran memiliki kebijakan investasi masing-masing, yang ditetapkan oleh manajer investasi.

“Paling realistis bagi manajer investasi adalah memilih saham dan obligasi dengan lebih cermat. Cari aset yang ketika pasar rebound, potensi kenaikan imbal hasilnya paling maksimal,” ungkap Rudiyanto.

Direktur Utama Mandiri Manajemen Investasi Alvin Pattisahusiwa menambahkan, manajer investasi sebenarnya bisa saja mengubah porsi tiap aset yang terdapat dalam portofolio reksadana campuran. Namun, perubahan tersebut mesti dievaluasi terus-menerus, dengan mempertimbangkan prospek serta harga saham atau obligasi yang dipilih.

Atur strategi

Alvin menuturkan, untuk mengejar imbal hasil optimal bagi reksadana campuran besutannya, Mandiri memilih mengisi portofolio reksadananya dengan saham sektor konsumsi dan ritel. Kedua sektor tersebut dinilai diuntungkan ketika daya beli masyarakat Indonesia meningkat. “Saham dari sektor yang diuntungkan penguatan dollar Amerika Serikat (AS) juga bisa dipilih,” tambah dia.

Sementara Direktur Corfina Capital Management Bambang Subiantoro mengatakan, strateginya adalah memperkuat aset obligasi dalam reksadana campuran. Perusahaan manajemen investasi ini memilih surat utang negara (SUN) bertenor pendek. Hal ini untuk meminimalisir risiko koreksi harga ketika suku bunga acuan AS kembali naik di masa mendatang.

Sedangkan dalam memilih efek berupa pasar uang atau deposito, para manajer investasi akan mempertimbangkan aspek keamanan dan kualitas suatu bank penerbit obligasiterlebih dahulu. Baru setelah itu, potensi imbal hasil menjadi aspek yang dipertimbangkan selanjutnya.

Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana menilai, di kuartal III tahun ini, tantangan bagi reksadana campuran masih cukup berat. Selain indeks saham yang belum pulih, harga SUN masih berpotensi mengalami koreksi, terutama  jika suku bunga acuan BI naik lagi. Padahal, tak sedikit reksadana campuran yang mengandalkan obligasi pemerintah sebagai aset portofolionya.

Meski begitu, Wawan menganggap reksadana campuran masih cukup prospektif dimiliki para investor moderat. Terlebih lagi, penurunan kinerja reksadana campuran tidak sedalam IHSG. Kinerja reksadana tersebut sepanjang semester pertama juga masih lebih baik ketimbang reksadana saham. “Secara return, reksadana campuran memang ada di antara saham dan pendapatan tetap,” kata dia.

Wawan memprediksi, kinerja rata-rata reksadana campuran dapat mencapai 6%-7% pada akhir tahun nanti. Hal ini dengan mempertimbangkan perbaikan pasar finansial dalam negeri di kuartal empat mendatang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia