Kinerja reksadana campuran masih sulit bangkit



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Koreksi yang masih terjadi di pasar saham dan obligasi membuat kinerja reksadana campuran kesulitan untuk tumbuh secara positif di masa mendatang.

Berdasarkan data Infovesta Utama, kinerja rata-rata reksadana campuran yang tercermin di Infovesta Balanced Fund Index terkoreksi 5,99% year to date (ytd) hingga bulan Oktober lalu. Khusus di bulan kemarin, kinerja rata-rata reksadana ini turun 2,12% month on month (mom).

Head of Investment Research Infovesta Utama, Wawan Hendrayana menuturkan, kinerja reksadana campuran kembali tertekan oleh gejolak di pasar saham dan obligasi pada bulan lalu. Jika ditelusuri, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi 2,43% (mom) sepanjang bulan Oktober, sedangkan sepanjang tahun ini indeks telah melemah 8,25% (ytd) per Oktober.


Pasar obligasi, khususnya obligasi negara, juga terkoreksi kendati volatilitas rupiah mulai mereda pada bulan Oktober. Hal ini terbukti dari Infovesta Government Bond Index yang turun 1,03% (mom) pada bulan lalu. Adapun sepanjang tahun ini, indeks obligasi negara telah terkoreksi 3,49% (ytd).

Wawan menilai, produk-produk reksadana yang masih bisa bertahan di tengah pelemahan indeks pada umumnya tertolong oleh pemilihan saham yang tepat atau sesuai dengan kondisi perekonomian terkini. Selain itu, obligasi korporasi juga masih menjadi penolong sebagian produk reksadana campuran dalam beberapa waktu terakhir mengingat tingkat volatilitas harganya yang relatif terbatas.

Lebih lanjut, kinerja rata-rata reksadana campuran diperkirakan sulit untuk menembus level positif mengingat posisi IHSG yang masih terpuruk. “Kinerja reksadana campuran baru bisa membaik kalau IHSG kembali ke level 6.200—6.300,” ungkap Wawan, Jumat (2/11).

Akan tetapi, hal ini pun tidak sepenuhnya menjadi jaminan. Pasalnya, kinerja reksadana campuran juga sangat ditentukan oleh kondisi pasar obligasi negara.

Wawan menjelaskan, harga Surat Utang Negara (SUN) masih bisa mengalami tren penurunan hingga tahun depan seiring dengan berlanjutnya tren kenaikan suku bunga acuan AS. “Kalau outlook-nya demikian, kinerja rata-rata reksadana campuran masih terancam negatif di tahun depan,” tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati