Kinerja Reksadana Campuran Sucor Asset Management Semakin Ciamik



KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Bulan Juli menjadi periode yang baik bagi kinerja reksadana campuran. Hal ini tercermin dari dari data Infovesta Utama pada 29 Juli 2022, Kinerja reksadana campuran yang tercermin dari Infovesta 90 Balanced Fund Index catatkan kenaikan 0,74% di tengah kenaikan suku bunga dan inflasi memberikan likuiditas yang tinggi.

Investment Specialist Sucor Asset Management Toufan Yamin mengatakan, reksadana campuran di Sucor AM mencetak kinerja yang memuaskan dan mengungguli tolok ukurnya sepanjang tahun ini. 

"Per akhir minggu kemarin, kinerja year to date (ytd) Sucorinvest Anak Pintar positif 15.96%, Sucorinvest Citra Dana Berimbang 11.48%, Sucorinvest Flexi Fund 7.08%, Sucorinvest Premium Fund 11.17%," ujar Toufan kepada Kontan.co.id, Senin (8/8). 


Toufan mengatakan seluruh reksadana campuran mampu mencetak kinerja yang baik dengan alokasi aset dan strategi yang optimal untuk mencari peluang pada siklus kenaikan harga komoditas dan menghadapi risiko kenaikan inflasi.

Menurut Toufan reksadana campuran merupakan alternatif investasi jangka menengah-panjang yang menarik bagi investor dengan profil risiko moderat atau bahkan.

Baca Juga: Reksadana Campuran Catat Kinerja Positif, Prospeknya Dinilai Masih Menarik

"Kami memiliki pandangan bahwa prospek pertumbuhan kinerja untuk jangka panjang masih baik melihat pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang awal pertengahan tahun masih cukup solid yang didukung oleh kenaikan harga komoditas dan meningkatnya aktivitas ekonomi domestik seiring menurunnya kasus Covid-19," tuturnya.

Toufan mengatakan, laporan kinerja keuangan juga kembali mencatatkan pertumbuhan terutama pada sektor perbankan dan sektor terkait komoditas. 

Meskipun diterpa sentimen eksternal seperti kenaikan suku bunga The Fed yang mendorong aksi jual investor asing, IHSG dan pergerakan rupiah masih menjadi salah satu yang terbaik di regional. 

Sementara dari sisi pasar obligasi korporasi terutama untuk tenor 1 tahun sampai 3 tahun saat ini memiliki pergerakan lebih stabil dibandingkan pasar obligasi pemerintah yang sedang mengalami tekanan akibat kenaikan suku bunga. 

Selain itu, momentum pemulihan ekonomi menyebabkan beberapa perusahaan berfundamental baik mengalami kenaikan profil kredit atau rating sehingga terjadinya penurunan harga menimbulkan kesempatan untuk mendapatkan yield menarik.

Toufan mengatakan secara garis besar strategi yang diterapkan pada reksadana campuran adalah dengan penempatan pada efek-efek yang dapat menghasilkan volatilitas yang relatif rendah dari tolok ukur dengan potensi kinerja yang menarik. 

Baca Juga: Kinerja Reksadana Saham Ungguli IHSG pada Bulan Lalu, Ini Penyebabnya

"Penempatan pada efek ekuitas dilakukan dengan mengombinasikan pencarian alpha dan portfolio saham yang defensif, yaitu saham high conviction yang sebagian besar memberikan dividen yield yang tinggi," ucapnya. 

Adapun efek bersifat utang ditempatkan pada obligasi/sukuk dengan durasi moderat yang sebagian besar ditempatkan ada obligasi/sukuk korporasi.

"Seluruh reksadana kami dikelola dengan aktif sesuai dengan filosofi investasi kami yaitu mencari dan menciptakan peluang pada setiap kondisi siklus bisnis dan pasar," tuturnya. 

Toufan mengatakan tingkat alokasi aset pada reksadana campuran yang dimiliki akan disesuaikan pada arah pasar untuk jangka panjang.

"Sebagai contoh dampak pandemi telah membawa valuasi pasar saham Indonesia menjadi sangat menarik yang juga didukung kondisi fundamental sepanjang pandemi yang relatif lebih baik dibandingkan dengan regional," ujarnya. 

Baca Juga: Hanya Reksadana Pasar Uang yang Berkinerja Positif Sepekan Terakhir

Melihat kondisi saat ini dan potensi laju pemulihan ekonomi Indonesia yang cukup baik dan juga didukung oleh kenaikan harga komoditas, Toufan mengatakan menempatkan fokus alokasi saham pada sektor energi dan perbankan, sementara pada alokasi obligasi kami cenderung defensif pada penempatan obligasi korporasi dengan durasi 1-3 tahun.

"Alokasi dapat berubah mengikuti perubahan siklus namun tetap mengacu pada strategi masing-masing produk," tuturnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli