KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Reksadana saham diyakini bakal mendapatkan sorotan di tahun 2024. Meski kinerjanya belum begitu signifikan di awal tahun ini, namun reksadana saham berpotensi menawarkan imbal hasil yang tertinggi dibandingkan reksadana kelas aset lainnya. Berdasarkan data Infovesta, produk-produk reksadana pasar uang mencatatkan pertumbuhan imbal hasil (return) paling lumayan yang tercermin dari Infovesta 90 Money Market Fund Index bertumbuh sekitar 0,41% di Januari 2024. Sementara itu, reksadana saham dan reksadana pendapatan tetap menampilkan performa yang hampir setara, masing-masing catatkan return positif sebesar 0,29% dan 0,28%. Sedangkan reksadana campuran catatkan return bertumbuh 0,07% di Januari 2024.
Direktur Batavia Prosperindo Asset Manajemen (BPAM) Eri Kusnadi mencermati bahwa kinerja reksadana pasar uang memang lebih stabil dan konsisten di tengah volalitas yang terjadi selama bulan Januari 2024. Sementara reksadana berbasis saham ataupun obligasi sedikit terpengaruhi volatilitas yang membayangi pasar di awal tahun. Baca Juga: Kinerja Reksadana Cenderung Mendatar pada Bulan Januari 2024 “Di bulan Januari ada sedikit volatilitas di saham dan obligasi. Jadi memang kinerjanya sedikit kalah dari reksadana kelas aset pasar uang,” ungkap Eri kepada Kontan.co.id, Jumat (2/2). Walaupun demikian, Eri melihat ke depannya aset berbasis saham memiliki potensi pertumbuhan jangka panjang yang paling tinggi. Meski tetap harus diwaspadai volatilitas jangka pendek dan sensitivitas pasar saham terhadap berita buruk cukup tinggi. Eri menjelaskan, secara umum rencana pemotongan suku bunga tahun ini akan menjadi perhatian karena bisa berdampak positif untuk perekonomian dan tentunya juga pasar saham. Tetapi perlu diperhatikan periode selama suku bunga tinggi mungkin bakal mempengaruhi kinerja perusahaan. Seperti diketahui, ekspektasi pasar saat ini berbeda dengan kecenderungan The Fed yang nampaknya masih belum memangkas suku bunga di Maret 2024. Pasar menginginkan pemangkasan suku bunga dalam jumlah besar, namun Bank Sentral Amerika Serikat (AS) belum mengindikasikan penurunan yang banyak. Dari domestik, Eri menilai bahwa konsumsi masyarakat di masa kampanye pemilihan umum (pemilu) dapat mendukung pasar saham. Namun perlu diperhatikan juga perusahaan mana yang mampu mencatatkan omzet dari momentum pemilu tersebut. Tidak selalu ekonomi yang baik akan bertranslasi ke perusahaan tertentu. Oleh karena itu, Eri menyarankan investor untuk memilih reksadana saham yang memuat saham big caps atau blue chip terlebih dahulu pada kondisi saat ini. Sebab kinerja saham-saham golongan tersebut lebih resilient dan volatilitasnya cenderung lebih terbatas.