KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Reksadana indeks diprediksi masih menarik untuk dikoleksi hingga akhir tahun ini, seiring dengan kinerja reksadana indeks yang cukup bertumbuh signifikan. Kumpulan produk reksadana indeks mencatatkan
return sebesar 0,35% month on month (MoM) selama Maret. Sementara
return kinerja reksadana indeks sebesar 1,13% secara year to date (YtD). Hal ini berdasarkan data Infovesta Money Market Fund Index di periode Maret 2024. Chief Executive Officer (CEO) Pinnacle Investment, Guntur Putra mencermati, prospek reksadana indeks dinilai masih baik di tahun 2024. Volatilitas pasar dari pemilu sudah berkurang, outlook tingkat suku bunga juga akan turun pada Juni, dan diprediksi adanya pertumbuhan ekonomi yang solid.
Selaras dengan hal ini, Guntur mengatakan bahwa kinerja reksadana indeks yang dikelola oleh Pinnacle Investment yaitu, Pinnacle FTSE Indonesia Index ETF/Tiker Bursa XPFT, juga tercatat cukup baik dan relatif stabil di tengah pergerakan volatilitas indeks acuan.
Baca Juga: Digugat Mina Padi Aset Manajemen, Inarno: OJK Akan Ikut Proses Hukumnya Guntur menuturkan, jika dibandingkan dengan indeks acuan lain seperti Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), IDX30, LQ45, dan MSCI Indonesia, kinerja Pinnacle FTSE Indonesia secara YTD tercatat paling baik. Adapun per akhir Maret kemarin, Pinnacle FTSE Indonesia mencatatkan kinerja sebesar 5,52%, jauh melampaui IHSG yang sebesar 0,22%, IDX30 1,20%, LQ45 1,59%, dan MSCI Indonesia Index 3,04%. "Meskipun fluktuasi pasar dapat memengaruhi kinerja, namun strategi pengelolaan yang cermat dan fokus pada pemilihan saham-saham unggulan dalam indeks, telah membantu menjaga konsistensi kinerja FTSE Indonesia Index," ujar Guntur kepada Kontan.co.id, Senin (1/4). Selain itu, Guntur mengatakan sentimen lainnya yang membuat reksadana indeks masih menarik untuk dikoleksi di tahun ini, karena siklus kenaikan suku bunga acuan di negara maju, termasuk The Fed diperkirakan telah berakhir dan mulai menurun pada tahun ini.
Baca Juga: Menakar Untung Rugi Evaluasi Mayor Indeks LQ45 Setiap Kuartal Dia menuturkan, kejelasan arah kebijakan moneter di negara maju tersebut mendorong meredanya ketidakpastian pasar keuangan global dan mengurangi tekanan pelemahan nilai tukar, termasuk Indonesia. “Sehingga saya lihat sampai akhir tahun 2024, reksadana indeks diprediksi masih memiliki peluang untuk bisa menghasilkan
return yang positif,” kata dia. Lebih lanjut, dia mengatakan strategi Pinnacle Investment dalam memaksimalkan kinerja reksadana indeks di tahun ini yakni, bekerja sama dengan FTSE Russell sebagai
global index provider atau jasa penyedia indeks global. “Jadi FTSE dalam pembentukan portofolio indeks melakukan evaluasi mendalam terhadap saham-saham yang menjadi komponen indeks, pemilihan portofolio yang tepat sesuai dengan
index methodology yang transparan,” kata dia. Baca Juga: Tertarik Investasi di Bursa Saham Selain BEI, Investor Bisa Simak Pilihan Berikut Ini Di samping itu, Guntur menyampaikan, Pinnacle Investment juga melakukan 100%
full replikasi terhadap indeks acuan dan sangat efisien dalam menjalankan
index rebalancing untuk mengoptimalkan kinerja dan meminimalisasi tracking error. Dia menyebutkan, hingga saat ini, dari Rp 2,2 triliun total dana kelolaan Pinnacle AM, lebih dari 10%
Asset Under Management (AUM) ada di reksadana indeks. Per akhir Maret 2024 kemarin, total dana kelolaan reksadana indeks Pinnacle FTSE Indonesia Index telah mencapai lebih dari Rp 230 miliar. "Meskipun angka pastinya dapat berubah seiring dengan pergerakan pasar dan minat investor, namun komitmen untuk terus mengelola dan memaksimalkan AUM tetap menjadi prioritas kami," tandasnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati