JAKARTA. Sepanjang Mei, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok hingga 6,29%. Jebloknya performa indeks sepanjang Mei tak pelak ikut menyeret kinerja produk reksadana saham dan campuran yang menggunakan saham sebagai porto folio investasinya.Analis Infovesta Utama, Praska Putrantyo menyebut, pengaruh koreksi IHSG ke reksadana saham dan reksa ana campuran memang cukup besar. Ini terlihat pada korelasi antara IHSG terhadap Indeks Reksa Dana Saham (IRDSH) dan Indeks Reksa Dana Campuran (IRDCP) yang di atas 90% pada Mei 2012. Semakin tinggi korelasi tersebut, maka saat IHSG anjlok dalam, kinerja reksadana juga akan ikut turun tajam."Namun, yang paling terkena dampaknya terhadap koreksi IHSG adalah reksa dana saham karena memang mayoritas portofolionya berisi instrumen saham," kata Praska, Jumat (1/6).Hal ini terlihat dari return IRDSH dan IHSG yang masing-masing minus 7,35% dan 6,29% per 30 Mei 2012. Dibandingkan, bulan April, saat IHSG naik 1,44%, return IRDCP mencapai 0,63%, dan IRDSH sekitar 0,49%. Sebagai catatan, IRDSH adalah return rata-rata dari total 94 produk reksadana saham yang diriset Infovesta. Sedangkan, IRDCP mencakup 99 produk reksadana campuran yang diriset Infovesta.Data Infovesta Utama menunjukkan, untuk periode Mei, kinerja semua produk reksadana saham yang diriset menunjukkan hasil negatif semua. Produk yang imbal hasil (return) turun paling tajam yaitu Batavia Dana Saham Agro milik PT Batavia Prosperindo Asset Management yang merugi 13,86%. Kemudian produk Mandiri Komoditas Syariah Plus milik PT Mandiri Investasi di mana returnya minus 13,03%.Sedangkan untuk produk reksadana campuran, dari 99 produk yang diriset Infovesta, masih ada tiga produk yang menoreh kinerja positif. Produk Danamas Fleksi di posisi teratas yaitu masih meraih return positif 0,7% per Mei. Sedangkan, produk yang returnya jatuh paling dalam yaitu Kresna Flexima keluaran Krena Asset Management yang merugi 12,43%.Praska menilai reksa dana campuran memiliki koreksi yang tidak terlalu dalam, karena kemungkinan tertahan oleh diversifikasi portofolio pada obligasi, baik itu obligasi pemerintah maupun obligasi korporasi.Saatnya akumulasi bertahapPraska menyebut, tak terelakkan di saat pasar jeblok, kinerja produk reksadana memang juga akan tergerus. Namun, dia menyarankan investor untuk tidak terlalu panik dan tetap fokus pada tujuan investasi sesuai profil dan risiko masing-masing. Termasuk strategi melakukan Cost Averaging (akumulasi secara bertahap) di saat bursa sedang tertekan.Alasannya, reksadana saham dan campuran memang ditujukan untuk instrumen investasi jangka panjang. Selain itu, prospek ekonomi Indonesia masih cukup baik. Apalagi, valuasi IHSG berdasarkan Price Earnings Ratio (PER) indeks LQ-45 terbilang relatif murah yaitu 14,3 kali di bawah rata-rata 5 tahun yang sebesar 15,8 kali."Faktor-faktor tersebut cukup mendukung prospek reksadana saham dan campuran ke depan," urai Praksa.Sementara itu, Presiden Direktur PT BNP Paribas Investment Partner Vivian Secakusuma menyarankan, jika investor ingin mengurangi volatilitas yang cukup tinggi dan menghindari rugi yang dalam, sebaiknya melakukan rebalancing produk.Salah satu contohnya dengan memiliki beberapa produk yang saling menyeimbangkan. "Sehingga jika salah satu produk returnnya terkuras, kerugian dapat ditutupi dengan naiknya produk lainnya. Rebalancing merupakan teknik investasi untuk mengurangi resiko volatilitas," ujarnya.Lanjut Vivian, karena investasi di reksadana merupakan investasi jangka panjang, maka sebaiknya investor menyadari adanya implikasi dari gejolak pasar terhadap risiko investasi. "Jika investor merasa tidak aman, maka sebaiknya keluar dulu, namun jika masih comfort dan menikmati tren gerakan pasar, silahkan melanjutkan," imbuhnya.Sebagai manajer investasi, Vivian masih optimistis kinerja produk reksadana keluaran BNP Paribas akan bangkit kembali karena fundamental ekonomi Indonesia masih mendukung untuk pertumbuhan ekonomi jangka panjang.Sebagai catatan, sepanjang Mei 2012, produk unggulan reksadana saham BNP Paribas Investment partner yaitu BNP Paribas Solaris merugi 6,56%. Namun di antara semua reksadana saham BNP Paribas lainnya, produk BNP Solaris ini mencetak return paling tinggi pada periode Januari-Mei 2012, yaitu sebesar 8,20%.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Kinerja reksadana jeblok, investor jangan panik!
JAKARTA. Sepanjang Mei, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok hingga 6,29%. Jebloknya performa indeks sepanjang Mei tak pelak ikut menyeret kinerja produk reksadana saham dan campuran yang menggunakan saham sebagai porto folio investasinya.Analis Infovesta Utama, Praska Putrantyo menyebut, pengaruh koreksi IHSG ke reksadana saham dan reksa ana campuran memang cukup besar. Ini terlihat pada korelasi antara IHSG terhadap Indeks Reksa Dana Saham (IRDSH) dan Indeks Reksa Dana Campuran (IRDCP) yang di atas 90% pada Mei 2012. Semakin tinggi korelasi tersebut, maka saat IHSG anjlok dalam, kinerja reksadana juga akan ikut turun tajam."Namun, yang paling terkena dampaknya terhadap koreksi IHSG adalah reksa dana saham karena memang mayoritas portofolionya berisi instrumen saham," kata Praska, Jumat (1/6).Hal ini terlihat dari return IRDSH dan IHSG yang masing-masing minus 7,35% dan 6,29% per 30 Mei 2012. Dibandingkan, bulan April, saat IHSG naik 1,44%, return IRDCP mencapai 0,63%, dan IRDSH sekitar 0,49%. Sebagai catatan, IRDSH adalah return rata-rata dari total 94 produk reksadana saham yang diriset Infovesta. Sedangkan, IRDCP mencakup 99 produk reksadana campuran yang diriset Infovesta.Data Infovesta Utama menunjukkan, untuk periode Mei, kinerja semua produk reksadana saham yang diriset menunjukkan hasil negatif semua. Produk yang imbal hasil (return) turun paling tajam yaitu Batavia Dana Saham Agro milik PT Batavia Prosperindo Asset Management yang merugi 13,86%. Kemudian produk Mandiri Komoditas Syariah Plus milik PT Mandiri Investasi di mana returnya minus 13,03%.Sedangkan untuk produk reksadana campuran, dari 99 produk yang diriset Infovesta, masih ada tiga produk yang menoreh kinerja positif. Produk Danamas Fleksi di posisi teratas yaitu masih meraih return positif 0,7% per Mei. Sedangkan, produk yang returnya jatuh paling dalam yaitu Kresna Flexima keluaran Krena Asset Management yang merugi 12,43%.Praska menilai reksa dana campuran memiliki koreksi yang tidak terlalu dalam, karena kemungkinan tertahan oleh diversifikasi portofolio pada obligasi, baik itu obligasi pemerintah maupun obligasi korporasi.Saatnya akumulasi bertahapPraska menyebut, tak terelakkan di saat pasar jeblok, kinerja produk reksadana memang juga akan tergerus. Namun, dia menyarankan investor untuk tidak terlalu panik dan tetap fokus pada tujuan investasi sesuai profil dan risiko masing-masing. Termasuk strategi melakukan Cost Averaging (akumulasi secara bertahap) di saat bursa sedang tertekan.Alasannya, reksadana saham dan campuran memang ditujukan untuk instrumen investasi jangka panjang. Selain itu, prospek ekonomi Indonesia masih cukup baik. Apalagi, valuasi IHSG berdasarkan Price Earnings Ratio (PER) indeks LQ-45 terbilang relatif murah yaitu 14,3 kali di bawah rata-rata 5 tahun yang sebesar 15,8 kali."Faktor-faktor tersebut cukup mendukung prospek reksadana saham dan campuran ke depan," urai Praksa.Sementara itu, Presiden Direktur PT BNP Paribas Investment Partner Vivian Secakusuma menyarankan, jika investor ingin mengurangi volatilitas yang cukup tinggi dan menghindari rugi yang dalam, sebaiknya melakukan rebalancing produk.Salah satu contohnya dengan memiliki beberapa produk yang saling menyeimbangkan. "Sehingga jika salah satu produk returnnya terkuras, kerugian dapat ditutupi dengan naiknya produk lainnya. Rebalancing merupakan teknik investasi untuk mengurangi resiko volatilitas," ujarnya.Lanjut Vivian, karena investasi di reksadana merupakan investasi jangka panjang, maka sebaiknya investor menyadari adanya implikasi dari gejolak pasar terhadap risiko investasi. "Jika investor merasa tidak aman, maka sebaiknya keluar dulu, namun jika masih comfort dan menikmati tren gerakan pasar, silahkan melanjutkan," imbuhnya.Sebagai manajer investasi, Vivian masih optimistis kinerja produk reksadana keluaran BNP Paribas akan bangkit kembali karena fundamental ekonomi Indonesia masih mendukung untuk pertumbuhan ekonomi jangka panjang.Sebagai catatan, sepanjang Mei 2012, produk unggulan reksadana saham BNP Paribas Investment partner yaitu BNP Paribas Solaris merugi 6,56%. Namun di antara semua reksadana saham BNP Paribas lainnya, produk BNP Solaris ini mencetak return paling tinggi pada periode Januari-Mei 2012, yaitu sebesar 8,20%.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News