Kinerja Reksadana Pendapatan Tetap Diramal Positif pada Semester II-2024



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja reksadana pendapatan tetap diperkirakan akan tetap positif pada Semester II-2024. 

Data Infovesta Utama mencatat bahwa dalam sepekan terakhir, reksadana pendapatan tetap mencatatkan return positif terbesar sekitar 0,11%. 

Potensi kebijakan moneter yang lebih akomodatif diharapkan dapat mendukung pasar surat utang sebagai underlying asset dari reksadana ini.


Optimisme Pasar dengan Potensi Pemangkasan Suku Bunga

Head of Investment Fixed Income Maybank Asset Management, Zaki Aulia, menyebutkan bahwa optimisme meningkat karena adanya ekspektasi bahwa Federal Reserve (Fed) AS akan memulai pemangkasan suku bunga pada bulan September. 

Dia menilai, jika hal tersebut sesuai ekspektasi, maka return reksadana pendapatan tetap diproyeksi masih akan mantap hingga akhir tahun.

Zaki juga melihat prospek reksadana pendapatan tetap pada Semester II-2024 sangat baik. Hal ini didorong oleh kepastian pemangkasan suku bunga oleh Fed AS yang kemungkinan besar akan diikuti oleh Bank Indonesia (BI). 

Secara historis, pemangkasan suku bunga biasanya diikuti oleh rally di pasar obligasi. 

"Yield obligasi pemerintah atau Surat Utang Negara (SUN) tenor 10 tahun yang saat ini berada di level kisaran 6,9% berpotensi turun ke kisaran 6,4%-6,6%," jelas Zaki kepada Kontan.co.id, Selasa (30/7).

Baca Juga: Reksadana Indeks Kian Menarik Saat Suku Bunga Acuan Dipangkas

Strategi Investasi dan Aset di Maybank Asset Management

Reksadana Maybank Dana Obligasi Negara berinvestasi hanya di obligasi pemerintah. 

Zaki menyebutkan bahwa dalam situasi saat ini, pihaknya memperpanjang durasi portofolio untuk memberikan hasil yang optimal. 

"Saat ini, Asset Under Management (AUM) Maybank Dana Obligasi Negara berada di kisaran Rp 220 miliar, dengan target di akhir tahun mencapai Rp 400 - Rp 450 miliar," tambahnya.

Pendapat dari Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI)

Director & CIO Fixed Income PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI), Ezra Nazula, menilai bahwa siklus suku bunga telah mencapai puncaknya.

Dengan adanya pemangkasan suku bunga, pasar obligasi dapat terpengaruh yang tercermin dari kurva imbal hasil yang sudah melandai. 

Ezra memproyeksikan imbal hasil SUN tenor 10 tahun dapat bergerak turun ke level 6%-6,25% di tahun 2024. 

Namun, investor perlu mewaspadai beberapa risiko seperti potensi front loading dan melemahnya harga komoditas global.

Kemudian, melebarnya selisih yield antara SUN Indonesia dibandingkan dengan yield US Treasury, sehingga membuat pasar Indonesia menjadi kurang menarik. Kondisi ini dapat terjadi apabila pendapatan ekspor Indonesia turun akibat melemahnya harga komoditas global.

"Selain itu, risiko perbedaan ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed. Terakhir, risiko ketidakpastian geopolitik. Terlepas dari empat faktor risiko tersebut, saat ini likuiditas pasar obligasi tanah air dianggap masih terjaga," kata Ezra saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (30/7).

Baca Juga: Persaingan Rebut Nasabah Tajir Makin Sengit

Kendati begitu, dia menilai, selama ada ekspektasi penurunan suku bunga, maka seharusnya berinvestasi reksadana pendapatan tetap akan ada potensi capital gain ataupun dari kupon itu sendiri. Oleh sebab itu, Ezra mengungkapkan bahwa potensi keuntungan dapat dimanfaatkan untuk berinvestasi pada produk reksadana pendapatan tetap.

Selain itu, dia menilai, saat ada pemangkasan suku bunga maka obligasi tenor pendek akan mendapatkan dampak terlebih dahulu dengan kenaikan harga dan yield bakal turun.

Dari kelas aset pendapatan tetap, Manulife memiliki produk unggulan yaitu Manulife Obligasi Negara Indonesia II (MONI). 

Potofolio produk reksadana tersebut berisikan obligasi pemerintah dengan porsi sekitar 97% dan sekitar 3% dilengkapi aset pasar uang.

Menurut Ezra, produk MONI cocok diinvestasikan dalam kondisi sekarang karena mengoleksi aset obligasi tenor jangka pendek. 

Selain itu, produk MONI dapat memberikan imbal hasil yang moderat sekitar 6% - 7% terutama bagi investor yang ingin memanfaatkan pertumbuhan dari obligasi domestik.

Ezra mengatakan, MAMI selaku Manajer Investasi (MI) dalam pengelolaan reksadana pendapatan tetap masih akan menerapkan manajemen aktif. 

Strategi tersebut memilih tenor dan seri yang memiliki imbal hasil dan nilai yang relatif menarik, sehingga dapat memberikan kinerja optimal untuk investor.

Berdasarkan data Infovesta sepanjang tahun 2023, indeks yang mengukur rata-rata produk reksadana pendapatan tetap mencetak return tertinggi sebesar 4,73% Year on Year (YoY). 

Disusul reksadana pasar uang dengan return sebesar 3,94% YoY, reksadana campuran 0,86%, sedangkan reksadana saham mencatat performa negatif yaitu -3,73% YoY.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .