KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja reksadana pendapatan tetap mengalami tren kenaikan hingga bulan Agustus 2022. Berdasarkan data dari Infovesta Utama pada 1 September 2022, kinerja reksadana pendapatan tetap yang tercermin dari Infovesta 90 Fixed Income Fund Index hanya catatkan pertumbuhan 0,50% sejak awal tahun atau
year to date (YtD) dan naik 0,57% secara bulanan (MoM).
Head of Fixed Income Avrist Asset Management Zaki Aulia mengatakan untuk mendapatkan kinerja yang kompetitif, MI harus mengelola reksadana pendapatan tetap secara aktif mengikuti strategi yang telah ditentukan berdasarkan
outlook dan
view pasar ke depan.
"MI dapat melakukan alokasi asset antara obligasi pemerintah dan obligasi korporasi serta melakukan manajemen durasi untuk obligasi pemerintah," ujar Zaki kepada Kontan.co.id, Jumat (9/9).
Baca Juga: Kenaikan Bunga Menyokong Pertumbuhan Reksadana Berbasis Surat Utang Dalam kondisi saat ini dimana global masih penuh ketidakpastian terutama dengan rencana Fed untuk menaikkan suku bunga secara agresif. Serta dari sisi domestik dengan tren kenaikan tingkat suku bunga dan inflasi, maka obligasi korporasi cenderung menjadi pilihan yang lebih menarik dibandingkan obligasi pemerintah. Untuk obligasi korporasi, Zaki memilih obligasi korporasi tenor menengah (3-5 tahun) dengan peringkat minimal AA- dengan tetap memperhatikan tingkat likuiditas obligasi korporasi tersebut. Ke depannya Zaki berencana untuk mulai masuk ke obligasi pemerintah saat
benchmark obligasi pemerintah 10 tahun berada di kisaran di atas 7.5%. Prospek reksadana pendapatan tetap ke depannya masih cukup menjanjikan, seiring dengan inflasi AS yang diprediksi sudah menuju puncaknya, ada kemungkinan pertengahan tahun 2023 Fed akan mulai memperlambat agresifitasnya dan diharapkan yield akan kembali turun. "Imbal hasil yang diharapkan ke depannya sekitar 6-7%," tuturnya.
Baca Juga: Dana Kelolaan Industri Reksadana Naik Rp 1,35 Triliun Sepanjang Agustus 2022 Sentimen yang bisa mendukung reksadana pendapatan tetap antara lain kondisi ekonomi Indonesia yang relatif kuat, disertai harga komoditas yang masih bertahan tinggi sehingga Indonesia mengalami surplus neraca pembayaran yang stabil. Sementara, sentimen yang dapat menghambat antara lain situasi global yang masih belum stabil, dan konflik geopolitik antara Rusia dan Ukraina yang belum menunjukkan penyelesaian. Untuk saat ini, Zaki menyarankan kepada para investor untuk melakukan investasi di reksadana pendapatan tetap dengan portofolio obligasi korporasi yang memberikan
return relatif lebih menarik dan stabil serta di reksadana pasar uang sebagai sumber likuiditas. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .