Kinerja reksadana pendapatan tetap positif



JAKARTA. Kinerja pasar surat utang yang dalam tren menanjak, berdampak positif pada kinerja reksadana pendapatan tetap. Data PT Infovesta Utama menunjukkan, dari 121 produk reksadana pendapatan tetap, hanya empat produk yang menorehkan kinerja minus selama April 2014.

Mengutip Infovesta, rata-rata imbal hasil reksadana pendapatan tetap di bulan April sebesar 0,79%. Ada 61 produk yang imbal hasilnya di atas indeks bulanan itu. Rata-rata imbal hasil terhitung sejak akhir 2013 atau year to date (ytd) sebesar 3,72%.

Dua produk yang mencatatkan kinerja tertinggi selama April 2014, yaitu Syailendra Fixed Income Fund milik PT Syailendra Capital, dengan return 2,15%. Lalu, Mandiri Investa Dana Syariah kelolaan PT Mandiri Manajemen Ivestasi dengan return 1,95%.


Sedangkan produk racikan PT Mega Capital, yaitu Mega Rico Dua mencatatkan kinerja terendah, yaitu minus 1,76%. Analis PT Infovesta Utama, Viliawati memaparkan, kinerja bulanan reksadana pendapatan tetap sudah sejalan dengan kinerja aset dasarnya. "Saat ini, tren harga obligasi pemerintah maupun korporasi masih cenderung naik," ungkap Vilia.

Data Bloomberg menunjukkan, indeks Inter Dealer Market Association (IDMA) sebagai acuan harga obligasi pemerintah selama April tercatat naik 0,37% menjadi 98,34. Meski demikian, kata Vilia, investor reksadana pendapatan tetap harus mencermati dua faktor yang bakal memengaruhi harga obligasi ke depan, yaitu perkembangan politik dalam negeri, dan data makro ekonomi.

"Namun hingga kini prospeknya masih terus naik," ujarnya. Ia memprediksi, rata-rata imbal hasil reksadana pendapatan tetap hingga akhir tahun ini sekitar 6% hingga 7%. Masih fluktuatif Direktur PT Mandiri Manajemen Investasi (MMI), Wendy Isnandar memaparkan, strategi portofolio produk Mandiri Investa Dana Syariah adalah fokus pada instrumen pendapatan tetap bertenor antara tiga hingga empat tahun.

"Kami juga fokus pada obligasi korporasi syariah jangka pendek dan menengah dengan pertimbangan rating, tingkat likuiditas dan kredibilitas emiten," ungkapnya. Wendy menilai, prospek reksadana pendapatan tetap cenderung berfluktuasi.

Menurutnya, minat investor pada pasar obligasi domestik saat ini sangat tinggi. Hal itu terlihat pada tingginya tingkat penawaran pada setiap lelang surat utang negara (SUN) maupun surat berharga syariah negara (SBSN).

Namun, sejumlah faktor bisa menurunkan minat investor, seperti rencana pengurangan stimulus Amerika Serikat (AS) dan kenaikan tingkat suku bunga acuan The Federal Reserves. Dari dalam negeri, faktor kondisi makro fundamental serta kondisi politik berkenaan dengan pemilihan presiden baru, juga bisa memengaruhi pasar obligasi. "Jadi, pasar obligasi masih cukup volatil," ujarnya. Sayang, Wendy enggan membeberkan target return Mandiri Investa Dana Syariah hingga akhir tahun ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie