Kinerja reksadana saham berbalik anjlok pada September



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pertumbuhan kinerja industri reksadana terhadang pelemahan kinerja pasar modal di sepanjang September. Koreksi tersebut terjadi akibat sentimen negatif dari pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang kembali ketat di Jakarta. 

Berdasarkan data Infovesta Utama, reksadana saham catatkan kinerja rata-rata yang paling buruk dengan turun 24,40% disepanjang kuartal III-2020. Sementara, secara bulanan di September melemah 7,03%. Padahal di Agustus, rata-rata kinerja reksadana saham sempat tumbuh 1,39% secara bulanan. 

Sedangkan, rata-rata kinerja reksadana campuran juga tercatat masih minus 12,38% di kuartal III-2020 dan menurun 4,32% secara bulanan. 


Sementara, rata-rata kinerja reksadana pendapatan tetap masih tumbuh 5,23% sejak awal tahun. Secara bulanan pun tumbuh 0,04%. Namun, jika dibandingkan pertumbuhan kinerja reksadana pendapatan tetap di Agustus secara bulanan masih lebih tinggi dengan tumbuh 0,73%. 

Baca Juga: Bersiap resesi, perhatikan tiga indikator ini sebelum berinvestasi

Sedangkan, rata-rata kinerja reksadana pasar uang tumbuh stabil ke 3,60% sejak awal tahun dan tumbuh 0,36% secara bulanan. 

Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan pelemahan kinerja reksadana berbasis saham terjadi karena indeks harga saham gabungan juga melemah 22,69% sejak awal tahun dan melemah 7,03% secara bulanan di September. Pelemahan dipicu oleh penerapan PSBB yang merubah ekspektasi pelaku pasar. 

"Otomatis investor jadi berhitung ulang berapa harga saham yang wajar dengan kondisi baru tersebut," kata Wawan, Kamis (1/10). 

Untungnya, saat ini Wawan melihat pelaku pasar mulai meninggalkan sentimen PSBB dan pasar saham bergerak stabil tidak tembus menurun ke bawah 4.800.  "Pasar saham di Oktober masih bisa menguat meski pelaku pasar juga masih memerhatikan kurva pandemi yang terus naik," kata Wawan. 

Baca Juga: Pemerintah pasang target awal penjualan ORI018 Rp 5 triliun

Saat ini Wawan masih menunggu laporan kinerja keuangan para emiten periode kuartal III-2020. Data tersebut juga akan digunakan sebagai faktor penentu apakah target IHSG 5.500 di akhir tahun perlu direvisi atau tidak. 

Selain itu, faktor window dressing dan kejelasan pengadaan vaksin Covid-19 juga Wawan harapkan bisa menggenjot pertumbuhan IHSG.  Sentimen positif juga bisa datang jika di bulan ini atau November pemerintah mengesahkan omnibus law. 

Sedangkan, sentimen pemilihan presiden di AS siapapun pemenangnya secara historis Wawan mengamati akan membawa pasar modal AS menghijau. Diharapkan hal tersebut juga berimbas ke pasar modal dalam negeri jika pengumuman presiden tidak tertunda di tahun ini akibat adanya pemungutan suara melalui surat. 

Di tengah kinerja IHSG yang melemah, ternyata masih ada beberapa reksadana saham yang catatkan kinerja melebihi kinerja rata-rata reksadana saham. Wawan mengamati bagi produk reksadana saham yang berkinerja tinggi saat ini berarti terbantu oleh pemilihan saham second liner yang tepat. 

Baca Juga: Pemerintah akan melelang tujuh seri SUN dengan target Rp 40 triliun, Selasa (6/10)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati