Kinerja reksadana saham dan fixed income tergerus kenaikan bunga The Fed



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dalam jangka pendek, kinerja reksadana pendapatan tetap dan saham berpotensi terkoreksi setelah The Federal Reserves menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin menjadi 1,5%-1,75%. Sementara, reksadana pasar uang akan banyak menerima sentimen positif di tengah suku bunga yang cenderung naik.

Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan, kenaikan suku bunga The Fed membawa sentimen negatif pada kinerja reksadana pendapatan tetap dan saham dalam jangka pendek. Meski,  Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) memutuskan suku bunga tidak berubah, namun terjadi tekanan dari segi harga.

"Market akan cari keseimbangan baru, jadi dalam waktu pendek reksadana yang berbasis obligasi dan saham terkoreksi dulu," kata Wawan, Jumat (23/3).


Seperti diketahui, secara teori, efek kenaikan suku bunga The Fed bagi pasar obligasi Indonesia berpotensi mengerek yield dan menyebabkan harga obligasi Indonesia turun. Namun, sejak dua bulan lalu, pelaku pasar sudah mengantisipasi kenaikan suku bunga The Fed, sehingga harga obligasi sudah berangsur turun sejak itu. "Karena sudah jatuh terlalu dalam, jadi efek penurunan harga obligasi saat ini jadi lebih kecil," papar Wawan.

Reksadana saham juga berpotensi terkoreksi. Bahkan, setelah The Fed menaikkan suku bunga, per Jumat (23/3), Indeks Harga Saham Gabungan tercatat turun 0,69% ke level 6.210. Wawan mengatakan, IHSG tertekan tidak hanya karena sentimen suku bunga AS yang naik, melainkan investor masih wait and see menunggu kelanjutan kebijakan tarif impor AS yang bisa memicu perang dagang dengan China.

"Koreksi di reksadana saham lebih terasa karena masih ada ketidakpastian kondisi global, sentimen negatifnya memang sedang banyak," kata Wawan.

Meski begitu, Wawan memprediksikan kinerja reksadana pendapatan tetap dalam waktu panjang masih aman, meski secara harga sudah cenderung turun. Kinerja reksadana pendapatan tetap masih bisa memanfaatkan kupon obligasi untuk menyokong kinerja, tidak hanya dari harga obligasi.

Ia memprediksikan secara rata-rata reksadana pendapatan tetap berpotensi meraih imbal hasil sebesar 7% pada tahun ini. Sementara, reksadana saham bisa mencapai 10%.

"Investor bisa manfaatkan kondisi turunnya IHSG dengan buy on weakness pada reksadana saham. Ini menarik untuk akumulasi beli," kata Wawan.

Di sisi lain, di tengah suku bunga yang naik, Wawan mengatakan kondisi ini bisa jadi sentimen positif bagi reksadana pasar uang. "The Fed masih akan naikkan dua kali lagi suku bunga, kalau betul, suku bunga BI juga bisa naik. Reksadana pasar uang akan diuntungkan karena fokus asetnya di deposito," ujarnya.

Jika investor, berencana investasi untuk kebutuhan jangka pendek, Wawan menyarankan bisa memilih reksadana pasar uang untuk menggantikan investasi pada deposito.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini