KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah mencatatkan kinerja yang buruk di bulan Juni, kinerja reksadana saham diperkirakan akan membaik di kuartal III-2022. Adapun, kinerja reksadana saham yang tercermin dari Infovesta 90 Equity Fund Index yang melemah 5,09% pada bulan Juni. Sementara itu, kinerja reksadana campuran yang diukur menggunakan Infovesta 90 Balanced Fund Index juga telah terkoreksi 2,53%. Lalu, kinerja reksadana pendapatan tetap yang tercermin dari Infovesta 90 Fixed Income Fund Index sepanjang Juni berhasil menguat 0,20%. Namun, sepanjang enam bulan pertama, kinerjanya masih tertekan 0,29%. Sementara reksadana pasar uang menguat 0,21% sepanjang bulan Juni. Adapun, kinerjanya sudah menguat 1,34% pada paruh pertama tahun ini.
Head of Business Development Division Henan Putihrai Asset Management Reza Fahmi mengungkapkan, tertekannya kinerja reksadana saham seiring dengan sektor perbankan yang sahamnya banyak melemah akibat faktor global. Padahal, sektor ini merupakan salah satu portofolio utama reksadana saham. “Ditambah lagi, kenaikan suku bunga The Fed sebesar 75 bps telah membuat kinerja Indeks Harga Saham Gabungan turun sebesar 2,11% untuk periode 10-17 Juni 2022,” ujar Reza ketika dihubungi Kontan.co.id, Jumat (1/7).
Baca Juga: Reksadana Saham Catat Kinerja Paling Buruk Sepanjang Juni 2022 Reza menyebut, hal tersebut tak hanya menekan pasar saham, namun juga menjadi penyebab pelemahan pasar obligasi. Pasalnya, ketidakpastian pasar juga meningkat terhadap outlook pertumbuhan ekonomi AS, karena kenaikan suku bunga yang agresif dikhawatirkan dapat memicu resesi ekonomi. Tapi di satu sisi, pendapatan pemerintah yang meningkat dari sektor komoditas juga membawa angin positif bagi APBN. Hal ini dikarenakan bisa membiayai naiknya subsidi dan mengurangi penerbitan SBN. “Selain itu, dengan tingkat inflasi yang lebih terjaga maka kenaikan suku bunga Bank Indonesia juga dapat menjadi lebih konservatif dibandingkan perkiraan pasar sebelumnya,” imbuhnya. Memasuki kuartal III-2022, ia melihat reksadana saham berpotensi mempunyai kinerja yang paling baik. Pasalnya, masih ada sentimen seperti kenaikan harga komoditas yang berpotensi mengangkat kinerja sektor energi dan komoditas. Lalu, pemulihan ekonomi berpotensi mengangkat laporan keuangan seluruh sektor, dengan laporan keuangan yang lebih baik, diharapkan bisa menjadi dasar penguatan IHSG. Namun, Reza menyebut investor masih perlu waspadai risiko kenaikan suku bunga acuan Fed Rate yang lebih agresif pada kuartal III ini.
Baca Juga: Pasar Saham dan Obligasi Diproyeksi Masih Akan Fluktuatif dalam Sebulan ke Depan Dalam kondisi ini, ia bilang HPAM secara umum masih akan menerapkan strategi
alpha seeker. Pihaknya akan memilih instrumen saham saham yang memiliki
value yang baik dan menarik, namun tetap dengan fundamental yang solid. “Jadi beberapa sentimen yang mengkhawatirkan seharusnya sudah bisa kami perkirakan, dan disiapkan manajemen risikonya. Begitu pula dalam memanfaatkan momentum yang tepat agar bisa mendapatkan hasil yang maksimal,” tutup Reza Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari