KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja reksadana saham pada bulan Februari 2023 tercatat negatif. Indeks kinerja reksadana Infovesta Equity Fund Index tercatat mendapat
negative return sebesar -0,7% untuk bulan Febuari 2023. “Sedangkan, IHSG mencatatkan
negative return sebesar -0,28% untuk bulan Februari 2023,” kata Research Analyst Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani kepada Kontan, Jumat (3/3).
Head of Business Development Division Henan Putihrai Asset Management (HPAM) Reza Fahmi melihat, sentimen itu berasal dari perubahan
stance The Fed yang diekspektasi dovish menjadi hawkish melalui pernyataan di FOMC pada bulan Februari lalu.
“Hal itu menyebabkan investor asing mengurangi eksposur ke
emerging market countries dan berpindah ke
safe haven asset. Ini juga bisa ada
spillover effect yang setara ke industri reksadana secara keseluruhan,” ungkapnya kepada Kontan, Jumat (3/3).
Baca Juga: Dana Kelolaan Reksadana dan Obligasi Wealth Management Bank Danamon Naik 40% di 2022 Portfolio Manager Star Asset Management Frederick Daniel Bili Tanggela mengatakan, kinerja reksadana saham pada bulan Februari relatif lemah akibat pasar saham yang cenderung bergerak flattish di bulan tersebut. Sentimen yang mempengaruhi cenderung berasal dari faktor-faktor global, yaitu kecenderungan perpindahan appetite investor saham global ke pasar AS akibat espektasi kenaikan suku bunga yang telah mendekati puncaknya. “Lalu,
reopening perekonomian China pascapandemi pun secara relativf membuat potensi pertumbuhan laba dan valuasi saham di kedua negara tersebut lebih menarik,” tuturnya kepada Kontan, Jumat (3/3). Meskipun masih dibayangi ketidakpastian akibat inflasi dan tren kenaikan suku bunga, Frederick mengatakan, pihaknya tetap melihat reksadana saham cukup menarik di tahun 2023.
Baca Juga: Return Reksadana ESG Tahun 2022 Negatif, Intip Prospek Tahun Ini “Kami memiliki target IHSG 8,100 pada akhir tahun 2023, dengan potensi kenaikan sebesar sekitar 18%,” ungkapnya. Senada, Reza melihat, reksadana saham masih menarik di Indonesia pada tahun 2023, meskipun diterpa isu geopolitik yang kuat. Sebab, kata Reza, fundamental perekonomian Indonesia masih kuat. Pertumbuhan kredit masih diproyeksikan tumbuh dobel digit di tahun ini. Artinya, berarti roda ekonomi Indonesia masih terus berputar. Selain itu, terdapat katalis lain, seperti lebaran dan hilirisasi industri, yang merupakan fokus pemerintah saat ini. PDB per kapita Indonesia pun diprediksi meningkat dari US$ 4000- US$ 5000 tahun ini ke US$ 10.000 di tahun 2030.
Baca Juga: Dollar AS Masih Memberi Cuan Tertinggi Sepanjang Bulan Lalu Oleh karena itu, seiring dengan pertumbuhan ekonomi, maka pasar saham pun masih menjadi pilihan yang menarik. “Imbal balik hasil reksadana saham di tahun 2023 masih berdasarkan target, yaitu berada di angka 7700. Sehingga, masih ada potensi upside 13% dari level 6800 saat ini,” katanya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Noverius Laoli